Meneliti = Memanjakan Otak, Benarkah?

Dunia ini besar, dan kamu punya otak yang besar. Ini kombinasi yang hebat_jika kamu tahu cara menyesuaikannya dengan_ berpikir besar!
(Bobbi DePorter)

Idealnya otak manusia harus diasah. Tujuannya agar otak bisa berpikir efektif dan kreatif. Bila tidak dilatih, apa bedanya dengan menidurkan otak sendiri? Benarlah Prof. Yufiarti dalam suatu seminar pendidikan pernah mengatakan “Bila saya ceramah dan tidak ada umpan balik dari peserta atau hanya satu arah, sama saja saya menidurkan otak Anda semua!”

Otak layaknya manusia yang membutuhkan makan, istirahat, olahraga, bekerja, dan bersenang-senang. Pikirkan apa jadinya manusia tanpa semua aktivitas itu!? Begitu pula otak! Sebagai seorang yang pandai bersyukur atas otak karunia Allah, maka akankah ia menyia-nyiakannya? Merawatnya dan memanjakannya adalah suatu hal yang patut juga menyenangkan.

Cara memanjakan otak ialah membuatnya terus berpikir! Pada dasarnya otak diciptakan untuk secara otomatis menyerap sebagian/ seluruh informasi yang datang. Otak juga berkeinginan melihat gambaran besar dan mewujudkan sesuatu. Tergantung bagaimana seseorang mau memahami keinginan otak dan mau meningkatkan kapasitasnya.

Meminjam lima prinsip berpikir kuantum milik DePorter: (1) selalu ada cara lain, (2) selalu ingin tahu, (3) cari sebanyak mungkin ide, (4) cari contohnya di dunia ini, (5) tetaplah fokus pada siapa dirimu dan apa yang kamu inginkan. Semua hal tersebut untuk meningkatkan keterampilan berpikir seseorang. Sadar atau tidak, 5 prinsip tersebut menghantarkan seseorang pada fitrahnya, yakni senantiasa meneliti. Bahasa sederhananya: mengamati.

Sebagai contoh nyata, pengalaman dua orang kakak beradik asal Papua. Daerah tempat tinggal mereka, hidup beragam spesies kupu-kupu rupawan. Namun, akhir-akhir ini banyak orang memburu kupu-kupu untuk dijadikan koleksi. Belum lagi musuh biologinya yang senantiasa mengancam. Lama-lama populasi kupu-kupu bisa habis. Karena ada cara lain dan selalu ingin tahu, maka kakak beradik ini mencari sebanyak mungkin ide. Mereka mengkaji ilmu tentang per-kupu-kupu-an serta membandingkan antarspesies kupu-kupu yang ada di dunia. Akhirnya mereka menemukan suatu fenomena: ternyata terdapat kupu-kupu yang bisa melakukan mimikri (sejenis kamuflase) menyerupai spesies kupu-kupu beracun. Mereka berhipotesis bahwa kupu-kupu melakukan hal seperti itu demi mempertahankan diri. Kemudian, mereka memfokuskan apa yang ingin mereka teliti. Setelah mengalami proses yang tidak sebentar, mereka menyimpulkan sekaligus membenarkan hipotesis awalnya. Bermula dari pengamatan sederhana itu, akhirnya pada ajang LPIR (Lomba Penelitian Ilmiah Remaja) tahun 2008, kedua siswi SMP itu keluar sebagai juara pertama.

Melihat contoh tersebut tampaknya hal kecil akan terasa peka bagi seseorang bila mau berpikir lebih besar. Semua itu sama saja mengembangkan otak seseorang untuk tetap berpikir besar dengan 5 prinsip di atas. Bukan hanya otak yang semakin sehat (dimanjakan) dan terasah melalui meneliti, tetapi ada manfaat besar di balik itu semua.

Setidaknya terdapat 3 manfaat dari hasil penelitian seseorang menurut Arikunto, yaitu: (1) Bagi para ilmuwan, akan mengembangkan penelitian mereka dengan mengacu pada hasil-hasil penemuan orang lain sebagai refrensi rujukan. (2) Bagi pemerintah, informasi yang diperoleh dari penelitian akan bermanfaat bagi penentuan kebijakkan. (3) Bagi masyarakat luas, kehidupan manusia menjadi lebih sempurna dan dipermudah.

Banyak bukan keuntungan yang didapatkan dari meneliti? Tinggal memunculkan kesadaran betapa hebatnya otak manusia. Sering-seringlah memanjakan otak!

Yogyakarta, 13 juli 2010
Novi Trilisiana
[Tuntutan dari Pakk Guru]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)