Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Dikira Orang Lokal

Gambar
Wajah kami adalah wajah orang Indonesia. Berjilbab tetapi sedikit berbeda gayanya dengan kakak maupun makcik Malaysia. Suatu kali kami berdua berjalan-jalan di sekitar Kuala Lumpur. Kami mengunjungi Pasar Seni, Masjid Jamek, KL Tower, Menara Petronas, dan lingkungan wisata lainnya dengan berjalan kaki dan transportasi umum di sana. Bermodal peta dan sahabat kami sebagai pemandu, kami tidak cemas tersesat. Selama 8 hari di KL, aku dan temanku sempat dijadikan sasaran turis bertanya suatu tempat yang ingin mereka tuju. Mulai dari bule bahkan orang Malaysia sendiri tanpa ragu bertanya kepada kami. Aku yang tahu sedikit tempat hanya bisa angkat bahu karena tidak dapat membantu. Untunglah sahabat kami yang lebih dulu di KL bisa menerangkannya. Tidak sekali ataupun dua kali. Sampai hampir 7 kali seperti itu dan kami hanya bisa menjelaskan sedikit yang kami tahu. Heran mengapa demikian, sahabat kami nyeletuk “mungkin kalian dianggap orang lokal yang tahu seluk beluk KL”. Mes

Stiker Jepang

Gambar
“Assalamu’alaikum Ms. Novi apa kabar nih? Kemarin Dimas heboh cerita katanya Ms. Novi ke sekolah, katanya Ms. Novi yang bisa bahasa Jepang itu loh, Ma. Masih ingat loh Ma, sama Dimas Ms.-nya” (Jaringan pribadi Bunda Dimas lewat WA) Dulu, sekitar awal September 2013, aku memutuskan untuk menjadi guru SD swasta di Yogyakarta. Intis School, namanya. Menggantikan salah seorang guru wanita yang hendak cuti melahirkan tiga bulan lamanya. Hitung-hitung mengisi kekosongan kegiatan sembari menunggu waktu wisuda di bulan Desember. Aku mulai mengajar pada pertengahan semester ganjil. Siapa yang sangka, Allah menahanku lebih lama di sekolah yang unik itu. Masaku diperpanjang. Lagi dan lagi hingga akhirnya aku benar-benar keluar karena harus melanjutkan studi master di bulan Agustus 2014.   Selama sekitar sepuluh bulan aku belajar praktik pedagogi di lapangan. Tiga bulan di awal, rasanya aku ingin keluar saja. Hampir-hampir aku menyerah dan lelah karena belum bisa menguasai kelas

Satu Forum Lagi

Aku menatap sosok yang berlalu di hadapanku. Rasanya, aku sempat punya fotonya. Benarkah ia yang dulu sempat menarik pandanganku? Dia tak mengenaliku lagi namun aku berusaha menyusun bata-bata ingatan. Benar! Dia adalah yang lima tahun silam sempat bersamaku dalam satu naungan di daerah terdingin di Yogyakarta. Kalau begitu, aku harus senang. Lantas kucari ekor bayangannya yang ternyata telah jauh ke ujung lorong kampus. Ah, suatu hari nanti semoga bisa menyapanya. **** Tak butuh waktu lama untuk bisa bertemu dengannya lagi setelah pengharapanku yang lalu. Ia yang senyumnya tipis nan manis mendekati kami. Tersipu-sipu bertanya kepada salah seorang di antara kami yang sedang asyik mendengarkan ilmu. Memastikan kalau ia tak salah forum. Aku menatapnya lama sembari mengatur ritme jantung yang tiba-tiba bergemuruh. Nampaknya ia sadar, ada yg aneh dalam manik mataku. Segera ia melebarkan senyum padaku dan mengambil posisi duduk. Ternyata ia benar-benar tak mengenaliku lagi. Meskipun aku