Dikira Orang Lokal


Wajah kami adalah wajah orang Indonesia. Berjilbab tetapi sedikit berbeda gayanya dengan kakak maupun makcik Malaysia. Suatu kali kami berdua berjalan-jalan di sekitar Kuala Lumpur. Kami mengunjungi Pasar Seni, Masjid Jamek, KL Tower, Menara Petronas, dan lingkungan wisata lainnya dengan berjalan kaki dan transportasi umum di sana. Bermodal peta dan sahabat kami sebagai pemandu, kami tidak cemas tersesat.

Selama 8 hari di KL, aku dan temanku sempat dijadikan sasaran turis bertanya suatu tempat yang ingin mereka tuju. Mulai dari bule bahkan orang Malaysia sendiri tanpa ragu bertanya kepada kami. Aku yang tahu sedikit tempat hanya bisa angkat bahu karena tidak dapat membantu. Untunglah sahabat kami yang lebih dulu di KL bisa menerangkannya. Tidak sekali ataupun dua kali. Sampai hampir 7 kali seperti itu dan kami hanya bisa menjelaskan sedikit yang kami tahu. Heran mengapa demikian, sahabat kami nyeletuk “mungkin kalian dianggap orang lokal yang tahu seluk beluk KL”.



Meskipun dianggap orang lokal Malaysia, Indonesia selalu di dalam jiwa dan raga kami. Namun demikian, kita bangsa Indonesia tak boleh menutup mata pada kemajuan Malaysia yang perlu kita tiru. Indonesia dan Malaysia adalah negeri serumpun yang sepatutnya memelihara persaudaraannya dengan baik. Apapun tabiat masing-masing penduduknya, sepatutnya kita pun membenahi tabiat diri sendiri yang masih sering merugikan negeri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)