Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Buku Tentang Ainun dan Habibie

Gambar
Hallo, saya akan republish resensi buku yang sempat membuat saya memburu buku-buku tentang Ainun dan Habibie. Judul Buku      : Ainun Habibie Penulis             : A. Makmur Makka, dkk Tahun Terbit : Maret 2012 Halaman          : xxiv + 170 halaman Penerbit          : Edelweiss Atau bisa disingkat jadi: Makka, A. Makmur, dkk. Maret 2012. Ainun Habibie. Depok: Edelweiss. B.J Habibie tentu saja paling mengetahui dan paling menyayangi sosok istrinya. Dalam memoar yang ia tuliskan, apa yang mungkin publik tidak pernah tahu tentang ia dan Ainun, kemudian menjadi asupan energi baru bagi pembaca. Namun, teman terdekat mereka berdua pun tak mau ketinggalan mengungkap rasa sayangnya lewat buku Ainun Habibie yang ditulis bersama. Sebab, mereka semua merasa, begitu berharganya Ainun… Pada November 2010 B.J. Habibie berhasil menerbitkan memoar sepanjang hidupnya bersama Hasri Ainun Besari, sang istri. Maka kita kemudian mengenal Habibie & Ainun terbitan THC

Keluar Sejenak dari Changi

Hallo! Banyak sekali traveling blog yang mengupas apa saja yang dapat dilakukan selama di Singapura. Saya dan seorang teman termasuk yang terbantu dalam menghabiskan semalam di negeri tersebut. Transit 12 jam di Singapura dalam perjalanan pulang ke Indonesia adalah sayang jika tidak dimanfaatkan. Okelah, naluri pelancong pas-pasan macam kami mulai mengepul. Bermula dari kedatangan kami dari Kuala Lumpur tepat pkl. 19.40 waktu Singapura. Tujuan pertama kami adalah mencari tempat penitipan bagasi alias left baggage karena kami tak mungkin membawa ransel gunung kami saat melintasi jalan-jalan Singapura. Berat kaan. Yups, tanya-tanya bagian informasi, akhirnya kami mendapatkan petunjuk. Lucunya adalah kami selalu disapa dengan bahasa Melayu alih-alih kami inginnya bercakap pakai bahasa Inggris. Ah, emang wajah kami nih Indonesia-Melayu banget. Dari terminal kedatangan (terminal 2), kami menuju bagian imigrasi untuk keluar Bandara Changi sebentar namun sebelumnya kami harus mengisi form

Panasnya

Saya meyakini bahwa di setiap perjalanan yang hebat pasti ada tantangan yang berat. Tantangan terakhir yang buat saya jadi tambah mikir adalah saat di dalam gerbong kereta ekonomi jurusan Jakarta-Jogja. Rasanya saya harus mikir untuk buat tulisan semacam lelucon bagaimana tak nyamannya saya di dalam kereta. Berikut ini sedikit buah pikiran saya alih-alih membunuh waktu tempuh yang masih 6 jam lagi. .... Belum backpacker jika tak mengambil kesempatan tiket termurah. Cukup delapan puluh ribu rupiah sudah sampai jogja. Ditambah lagi waktu tempuhnya 8 jam. Jangan-jangan hitung-hitungannya per jam adalah sepuluh ribu. Oke cukup masuk akal. Langsunh kami klik dan pesan tiket lewat internet. Yah, internet adalah sahabat setia yang menemani para pelancong. Bayangan awal saat naik KA nanti adalah saya hanya harus sabar menahan pegal karena kaki yang terus menerus tertekuk. Namun demikian tak terpikirkan sama sekali jika harus merasakan sensasi terpanggang di dalam gerbong sepanjang jalan. Se

Kebaikan kuadrat

Pernah punya teman yang baik banget ke semua orang? Saya punya!  Saya kenal beberapa teman yang baik, seolah mereka tak pernah perhitungan atas apa yang telah mereka  lakukan. Jika saya berada di dekat mereka, kebaikan demi kebaikan seolah memancar dari dalam dirinya, tak putus-putus. Saya pun mesti tahu bahwa mereka adalah orang yang sangat sedikit jumlahnya. Saya berharap untuk bisa meneladaninya. Yah, mereka yang baik dengan cara yang baik pula sangat patut dijadikan sebagai teladan. Tak ada ruginya namun sulitnya bukan main. Mereka bisa seperti itu bukan sehari dua hari tetapi telah menjadi adat kebiasaan yang telah melekat dalam diri. Hal inilah yang berkenaan dengan akhlak karimah. Semoga Allah berikan rahmat dan keberkahan dalam hidup teman-teman maupun saudara-saudara saya yang baik. Semoga mereka selalu ditolong Allah untuk senantiasa mampu sibuk dalam kebaikan. Semoga Allah bukakan jalan yang lurus dan ia mengikutinya sampai ajal menjemput. Semoga makin banyak orang yang te

Belajar Sabar 2

Setiap manusia adalah pribadi yang unik. Tak ada seorangpun yang serupa meski bersaudara kembar. Tiap kebiasaan, watak, maupun tabiat individu memberikan warna tersendiri. Mahasuci Allah yang menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka rupa dan warna. Tugas kita adalah mensyukurinya dan menyikapinya secara bijaksana. Ah...bijaksana. Macam manakah bijaksana itu? Sependek yang saya pahami, bijaksana mestinya sikap dimana manusia mau menghormati perbedaan, tiada ia mencela, tiada ia membanggakan diri, tiada pula ia tak bersyukur dan bersabar atas apa yang terjadi padanya. Wah, amat luhurlah bijaksana itu. Kalau bukan atas bimbingan Allah dengan cahaya tauhid, bijaksana bukanlah buah yang manis. Bijaksana di jalan yang lurus rasanya sangatlah pas. Semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus untuk kita menjadi bijaksana. Salah satu vitamin penyusun buah kebijaksanaan adalah sifat sabar. Sifat sabar ini sangatlah bisa untuk dilatih. Dilatih dengan cara sesering mungkin kita

Belajar Sabar

Hai! Pagi ini saya teringat dengan Ajeng, muslimah yang semangat mengajak saya terus dalam kebaikan. Ia layak deh jika dimasukkan ke dalam kriteria sahabat yang sebenarnya. Yakni, jika saya memandangnya, yang teringat pasti ke arah akhirat. Rasanya semangat memperbaiki diri terus bergelora jika sedang bersamanya. Hampir 6 tahun saya mengenalnya meskipun kami tidak setiap hari bertemu, ia serupa Ema, teman semasa SMA. Ia serupa Ema meskipun berbeda cara bicaranya. Ia serupa Ema meskipun berbeda tabiat dan wataknya. Hanya, ia serupa Ema pada semangatnya mengajak saya dalam kebaikan lewat akhlaknya yang cantik nan rupawan. Ya Allah, gemetar saya ketika teringat pada perkataan Rasulullah bahwasanya orang yang paling dekat tempat duduknya dengan Rasul di akhirat adalah yang paling baik akhlaknya. Orang yang selamat adalah yang paling baik akhlaknya. Pernah dengar juga di hadits yang  diriwayatkan at-Tirmidzi, bahwa orang yang beruntung adalah yang panjang umurnya lagi baik amalnya. Semoga