Belajar Sabar 2

Setiap manusia adalah pribadi yang unik. Tak ada seorangpun yang serupa meski bersaudara kembar. Tiap kebiasaan, watak, maupun tabiat individu memberikan warna tersendiri. Mahasuci Allah yang menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka rupa dan warna. Tugas kita adalah mensyukurinya dan menyikapinya secara bijaksana. Ah...bijaksana. Macam manakah bijaksana itu?

Sependek yang saya pahami, bijaksana mestinya sikap dimana manusia mau menghormati perbedaan, tiada ia mencela, tiada ia membanggakan diri, tiada pula ia tak bersyukur dan bersabar atas apa yang terjadi padanya. Wah, amat luhurlah bijaksana itu. Kalau bukan atas bimbingan Allah dengan cahaya tauhid, bijaksana bukanlah buah yang manis. Bijaksana di jalan yang lurus rasanya sangatlah pas. Semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus untuk kita menjadi bijaksana.

Salah satu vitamin penyusun buah kebijaksanaan adalah sifat sabar. Sifat sabar ini sangatlah bisa untuk dilatih. Dilatih dengan cara sesering mungkin kita berada dalam situasi yang memungkinkan untuk bersabar. Salah satunya adalah melakukan perjalanan bersama sahabat ataupun saudara.

Selayaknya perjalanan yang telah ditauladankan Nabi Musa a.s. bersama Nabi Khidir a.s. maupun Nabi Muhammad s.a.w. bersama Abu Bakar ash Shidiq r.a. Kedua contoh ini memberikan hikmah menyangkut seni berinteraksi dengan sesama manusia. Bagaimana sabarnya Nabi Khidir menjawab sanggahan Nabi Musa, sabarnya Abu Bakar menahan sengatan binatang demi menjaga ketenangan tidur Rasulullah. Ya Allah, Engkau adalah sutradara film paling sempurna. Engkau berikan sentuhan konflik dalam setiap perjalanan manusia. Engkau pulalah yang memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih antara berlaku sabar ataukah tidak. Tiap pilihan tersebut menghasilkan konsekuensi yang berbeda. Siapa yang memilih sabar pasti Engkau tambahkan derajat kemuliaannya. Siapa yang tidak, sungguh demikian luasnya rahmat Mu, ya Allah.

Lakukanlah perjalanan bersama sahabat sehingga ia akan mengenal tabiat baik maupun buruk sahabatnya tersebut. Maka pilihlah bersabar atas tabiat buruk yang akan muncul serta syukurilah setiap tabiat baik yang muncul dari diri sahabat itu. Bahkan bisa ditingkatkan menjadi, syukurilah tabiat buruknya dan sabarilah tabiat baiknya. Semua kembali pada pribadi masing-masing untuk mengambil sikap. Semakin mampu seseorang melihat ada kebaikan di balik keburukan seseorang semakin pandailah ia melatih sifat sabar.

Melalui kegiatan perjalanan pula, seseorang berusaha untuk memaklumi kelemahan masing-masing. Berusaha untuk saling membantu. Nah, peran sabar amat penting dalam melahirkan kebijaksanaan. Walaupun sedikit sedih di awal, agak kecewa, merasa bersalah, merasa direndahkan, merasa sebal, bete, dan penyakit hati yang sangat tidak mengenakkan lainnya, kesabaran harus ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Berjuanglah! Mohonlah pada Allah untuk dianugerahkan sifat-sifat yang baik, terutama sabar. Selalu do'akan yang baik-baik pada sahabat tersebut.

Demikianlah, uniknya manusia. Ia akan sangat berarti jika senantiasa terus berusaha memperbaiki diri, legowo menerima masukan, bersikap baik dan membesarkan hati orang lain. Semua itu bisa diawali dengan sabar. Lantas, sabar akan memandu seseorang untuk bijaksana. Dilengkapi juga sifat pemaaf atas segala perlakuan yang tidak baik dari orang lain. Arghh.... Sulit memang tapi berupayalah! :-)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)