Resume buku: Dari Negeri Dua Benua Suara Mahasiswa Turki

Judul buku : Dari Negeri Dua Benua Suara Mahasiswa Turki
Penulis : Nabila Hayatina, dkk
Penyunting : Pipiet Senja
Penerbit : Pipiet Denja Publishing
Jumlah halaman : 187
Tahun terbit : Juni 2015 (Cetakan 1)
Peresume : Novi Trilisiana, IM 1

Kumpulan cerita pendek ini merupakan buah karya dari FLP Turki yang saya dapatkan saat mengikuti sosialisasi Turkiye Bruslari oleh PPI Turki, FLP, dan Cendekia Teknika di Teknik UGM. Isinya seputar Turki dari sudut pandang mahasiswa Indonesia yang sekolah di Turki. Ada 15 cerita yang dapat dinikmati dengan santai. 


Ada cerita yang menuliskan tentang cinta. Seperti dalam Iskele yang artinya adalah dermaga. Penulisnya, Nabila Hatpyatina, menyiratkan bahwa cinta selalu ada dimana-mana, dalam bentuk dan citra yang berbeda-beda. Cinta dalam pandangan lain tertuang juga di dalam Sepotong Kisah Aira yang ditulis Fatimah Az Zahra. Kisah ini mencerminkan cinta sebagai bakti dan selayaknya diperjuangkan. Cinta lain yang berupa pengorbanan tertuang dalam Simfoni Hati. Kisah tentang violins dan musisi legendaris tersebut seperti telenovela sehingga saya mudah menebak alur dan akhir ceritanya.

Ada lagi cerita yang menuliskan rindu dan harapan. Kisah Rantau Autumn yang jelas membedakan tradisi perayaan idul adha di Turki dan Indonesia. Bahwa wanita Turki terbiasa sholat ied di rumah dan lelakinya meramaikan masjid. Bahwa keluarga Turki berlomba untuk mendermakan hewan qurban yang disembelih di pekarangan rumah masing-masing. Bahwa lebaran di Turki tak semeriah lebaran di Indonesia. Di sinilah terselip rindu teramat pada kampung halaman.

Ada juga cerita yang menuliskan perjuangan. Dikisahkan perebutan Konstantinopel oleh pasukan Al-Fatih dengan heroiknya oleh Andi Fikri dalam Engkau Seperti Lainnya. Sama halnya dengan Andi Fikri, Agung Nurwijoyo menggambarkan Al Fatih sebagai Sang Gazi yang legendaris. Lain lagi dengan mereka, Dhika Suci menuliskan tentang Dursunova, seorang mahasiswi asal Mongolistan, berdarah keturunan Kazakhistan. Dursunova dikisahkan sebagai yang berjuang untuk menjalankan Islam dengan baik meskipun ia masih sangat muda dan belum mengenakan hijab. Ia memiliki hati yang kokoh yang terus berjuang meskipun Mongolistan sangat membatasi perkembangan Islam. Sangat senang ia bisa mendapatkan beasiswa di Turki dan berteman dengan Dhika karena ia bisa nyaman dalam berislam.

Ada juga, entahlah bisakah ini disebut cerita, sebuah catatan sporadis yang menyakitkan pikiran pembaca. Equinox: Serangkai Musim tidak memiliki alur yang nyaman untuk dibaca namun saya jadi tahu istilah astronomi di akhirnya, yaitu: 1) fenomena dimana siang hari lebih panjang dari malam hari yaitu Summer Solstice, 2) fenomena malam hari lebih panjang dari siang hari yaitu Winter Solstice, dan 3) suatu masa keseimbangan terjadi, keseimbangan siang dan malam hari panjangnya sama, yaitu Equinox. Selain ini, ada cerita yang dibuat rame-rame yaitu Mengejar Aroma Melati. Menurut saya, cerita ini amat dipaksakan sehingga pembaca jadi agak kecewa setelah menuntaskannya.

Ada juga cerita tentang berharganya sebuah hidayah iman, seperti di dalam Kedai Kopi di Sudut Jalan yang bercerita seorang penganut Budha menjadi mualaf. Lainnya, Bila Tiba Waktu adalah cerita yang mengisahkan prosesi kematian dengan khusnul khotimah. Cerita ini mengisyaratkan kita untuk tidak sedikit pun lepas dari beramal sholeh. Sayangnya, cerita ini tidak mengangkat Turki sedikit pun meskipun alur yang disajikan menarik.

Cerita yang paling saya suka adalah Dari Negeri Mevlana, Inspirasi Membaca, dan Sampai Jumpa Kapadokya karena penulisnya menggambarkan seluk beluk kecantikan wilayah serta sosio-kultur Turki. Terakhir, cerita yang sangat saya suka konflik dan alurnya adalah Rindu Segelas Kopi Susu yang ditulis oleh Hamda Alief.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)