Jika Rindu

Jika rindu maka dirasa ada yang hilang.
Jika rindu maka harus sabar menunggu.
Jika rindu maka sejenak menuliskannya agar terkenang.
Jika rindu maka aku ingin katakan aku rindu...

Padatnya agenda bulan September, seputar kuliah, bantu di jurusan, dan penelitian, tidak boleh membuatku lupa pada keluarga karena keluarga adalah salah satu harta terindah buatku. Kali ini, teramat rindu rasanya pada ia yang paling muda tetapi paling bongsor tubuhnya. Adikku. Pemuda tanggung yang membuatku kagum.

Kami biasanya bertemu setahun sekali, saat lebaran idul fitri. Yah, sudah enam tahun begitu. Masa demi masa, kurasa ia semakin berwibawa, bertanggung jawab, dan sayang keluarga. Ia adalah lelaki yang tak malu  di dapur membantu mama menyiapkan makanan. Terutama saat papa dan kedua kakak kami sedang bekerja. Ia menemani mama belanja ke pasar, juga ia yang siap siaga kalau saatnya jadwal Ronda. Kadang ia mencuci pakaian kotor. Maklum, kami tidak biasa dengan adanya ART. Saat aku pulang dari Yogya, ia sangat senang karena tugas hariannya jadi lebih ringan.

Kadang aku cemburu padanya karena tak mampu berbakti dengan takzim pada orang tua. Siapa sangka, ia yang sering dikira kakakku karena badannya tinggi besar, memiliki hati yang lembut pada orang tua. Ia mencintai mama dan papa dengan caranya sendiri. Mereka paling senang dipijit karena pijitannya enak. Kedua kakakku juga tak mau melewatkan pijitan si adik. Kalau aku yang mijit, rasanya seperti dielus-elus, berasa kurang tenaga. Ia juga yang paling rajin mencuci kendaraan di rumah, dan memberi makan hewan piaraan.

Namun demikian, ia paling malas jika harus nyapu, ngepel, nyiram tanaman, bersihin wc, ataupun menata rumah agar rapi. Biasanya mama yang menyelesaikannya. Di sinilah aku berusaha melengkapinya. Saat pulang ke rumah, sebagian kecil peran tersebut aku lakukan dengan sebaik-baiknya. Ah, sekali dalam setahun maka harus dilakukan dengan upaya terbaik.

Adikku, ia lelaki yang terus tumbuh dan belajar. Aku teramat bahagia manakala ia adalah lelaki ketiga di rumah kami yang sholat lima waktu berjamaah di masjid. Mengikuti jejak papa dan kakak kedua. Alhamdulillah, sayangilah lelaki-lelaki kami ya Allah T_T. Saat pintu garasi berderit terbuka pada dini hari, itu tandanya mereka telah siap melangkah ke masjid. Ah, rasanya aku ingin mendengar deritan garasi itu besok.

Adikku, rindu deh saat kita memasak bersama. Masak kue, buat empek-empek dan tekwan, nyobain resep baru dari internet. Bahkan kamu jago banget buat kue srikaya dan ager telor ceplok sampe bengong aku lihatnya. Huaah kamu tuh laki-laki multi talenta. Pantesan banyak perempuan yang ngefans. Tapi sebagai kakak perempuan, kunasihati dirimu, untuk tidak PHP pada perempuan. Jagalah perasaan perempuan dengan tidak melakukan hal yang dilarang dalam Islam sebagaimana kamu tidak ingin ayuk mu mengalaminya.

Adikku, makasih banyak yah, terutama liburan idul fitri kemarin. Kamu ibarat guru yang sabar pada murid yang bandel. Selama 10 kali simulasi nyetir mobil, banyak hal yang tak akan kulupakan. Tentang keyakinan, keberanian, ketelitian, dan kesabaran. Padahal, berapa kali aku kelupaan nginjek kopling saat ngerem sehingga berkali-kali mesin mati mendadak. Berapa kali aku belok sembari menaikkan gas sehingga nyaris nabrak pengemudi yang lain bahkan sempet masuk gundukan sampah. Aku bahkan masih sering nyetir rada ke pinggir jalan, padahal jalanan raya masih luas. Bukan apa-apa sih tapi itu refleks aja supaya tak menyerempet mobil yang berlawanan arah. Semua kesalahan-kesalahn itu, kamu tetap mengingatkan dengan sabar. Meskipun aku kadang suka ngerjain dan ketawa saat wajahmu cemas. Tenang, semua akan baik-baik, insya Allah.

Adikku, aku rindu....
Adikku, aku rindu....
Adikku, aku rindu....

Semoga Allah memberimu kebaikan dalam dunia dan akhirat...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)