Pusing Kawat Gigi

Suatu ketika saat saya ke klinik gigi, saya ditawari untuk pasang kawat gigi. Alasan saya datang pada awalnya adalah untuk mengontrol salah satu geraham saya yang cukup spesial. Sang dokter menyarankan saya untuk memasang kawat gigi karena masih kurang rapih. Saya jadi mikir, apakah hanya alasan kurang rapih dokter menyarankan ini? Emang sih ada gigi depan bagian bawah yang sedikit berhimpitan sehingga ia agak mencuat ke depan. Itu disebabkan dorongan dari geraham-geraham baru yang tumbuh. Juga ada satu gigi depan bagian atas yang tumbuh sedikit miring. Yah, menurut saya masih di dalam batas kewajaran deh. Pun saya yang nyaman-nyaman saja tanpa harus merasa kesakitan dengan posisi gigi yang sekarang. Cepat-cepat saya tolak tawaran beliau dengan santai sambil bercanda. Yang pakai kawat gigi itu artis, dokter. Saya kan bukan artis. Hehe.

Dulu, zaman saya culun, yah SMP lah… Memasang kawat gigi adalah sesuatu yang sangat anti mainstream. Sekarang? Berduyun-duyun, baik perempuan maupun laki-laki ingin memasang kawat gigi. Kebanyakan alasan yang melandasinya adalah demi estetika dan penampilan yang prima. Sedikit sekali yang beralasan karena kesehatan yang kalau tidak pasang kawat gigi akan mengancam kerusakan organ lain (mis; lidah dan rongga mulut karena sulit mengunyah) maupun nyawa. Saya bisa nulis begini karena dari tanya-tanya pada semua teman yang memasang kawat gigi. Mereka semua beralasan, supaya dagunya jadi lebih tirus, gigi jadi lebih rapih, agar rahang bawah sedikit lebih mundur dari rahang atas, wajah jadi lebih menarik, juga supaya tidak dibilang seperti Omas (Salah satu pemain film Si Doel Anak Betawi).

Saya antusias sekali bertanya dan berusaha mengikuti perkembangannya ketika ada teman yang pakai kawat gigi. Hehe. Sebut saja teman saya sebagai Mee. Ia telah memakai kawat gigi sudah 22 bulan dan sebentar lagi akan masuk masa pelepasan total. Dulu sebelum pakai, Mee memiliki gigi yang tidak rapih dan parah banget memang susunannya, dibandingkan dengan teman yang pasang kawat gigi lainnya. Sekarang, belakangan saya perhatikan gigi Mee telah tersusun lurus dan rapih. Dagunya jadi lebih tirus dan lebih enak dilihat. Penasaran, saya tanya saja “habis berapa Mee bisa jadi begini?”

                                                                       a.         Pasang kawat gigi pertama kali          : 5 juta
                                                                       b.         Dua pekan sekali ganti karet              : 44 pekan x 100 ribu = 4,4 juta
                                                                       c.          Bersih karang gigi per 6 bulan            : 4 x 100 ribu = 400 ribu
                                                                       d.         Lain-lain semisal cabut & tambal       : 500 ribu sampai 2 juta
                                                                       e.         TOTAL sekitar 10 jutaan
Wah pusing gue! Mihil bingits…

Mee juga harus merelakan dua giginya sengaja ditanggalkan untuk memberikan ruang yang cukup agar gigi lainnya tersusun rapih. Mee harus tahan dengan kencangnya tarikan kawat yang mengilukan. Mee dengan sabarnya menahan sakit lantaran sariawan acap kali hinggap di sekitar rongga dalam mulutnya. Mee jadi nambah kurus karena pola makannya jadi lebih sedikit. Mee jadi harus ekstra hati-hati kalau makan dan itu membuat ia jadi lebih cerewet saat makan bersama kami. Mee, entah mengapa saya jadi sedih. Mee sebegitu menderitanya kah dengan kawat gigi? Ah, mengapa saya jadi pusing sendiri sama kawat gigi.

Saya jadi merasa terbebani manakala ada teman atau senior yang tiba-tiba pasang kawat gigi. Mereka pasang kawat ga pakai ancang-ancang sih… Tiba-tiba sudah pakai aja, ga woro-woro. Lidah saya kelu untuk mengatakan bahwa Allah Yang Maha Sempurna sudah kasih tiap manusia bentuk yang terbaik. Sayangnya Allah kepada kita tidak hanya terbatas pada manusia yang kebanyakan normal tetapi sayangnya Allah meliputi semua rupa dan bentuk manusia. Baik manusia yang Berkebutuhan Khusus (Tuna netra, dsb) maupun yang hanya sekadar kelebihan berapa millimeter giginya ke depan.

Pernah sih saya tanya dan bilang, “emang sudah dipikir masak-masak pasang kawat giginya? Kamu tetep manis kok saat tersenyum kelihatan giginya, yang penting bersih aja. Ga takut kalau dianggap kufur nikmat ke Allah?” Aah tapi hanya dianggap angin lalu. Sudah terlanjur, katanya. Ya Allah, hidayah, hidayah. Maka semoga kita merutinkan untuk berdoa pada Allah begini,

Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam agama dan ketaatan kepada-Mu.

Banyak-banyak mohon pertolongan kepada Allah agar mempunyai kekuatan dan bersabar untuk menjalankan perintah nya serta menghindari larangannya. Toh hanya di dunia saja kalau gigi dianggap tidak rapih dan menggangu di hadapan manusia. Dunia kan hanya sebentar. Sebaiknya menyibukkan diri pada perbaikan akhlak sehingga ia cantik hingga akhirat. Kalau saya agak tendensius menulis ini yah maafkanlah. Mana tahu ada orang yang lagi galau mau pasang kawat gigi bisa mengurungkan niatnya lantaran ia browsing di internet tentang baik buruknya kawat gigi. Eh, tetiba nemu blog saya. Mudah-mudahan jadi ada gambaran. Adapun fenomena teman-teman kita yang memakai kawat gigi sebaiknya jangan kita cela sebelum ditanyakan apa motivasinya pasang kawat gigi. Siapa tahu demi keselematan nyawanya. Akan tetapi, jika motivasinya lain, sebaiknya kita tidak henti-hentinya menasihati dengan cara yang bijaksana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)