Berbaur dengan Masyarakat














































Satu pekan yang lalu tepatnya tanggal 25 Desember, aku diajak mba Pyu untuk bantu-bantu jaga stand bazar di sebuah desa yang aku lupa namanya. Namun, kawasan itu belakangan kutahu bernama Cebongan. Selain bantu jaga stand, aku diminta untuk jadi fotografer kegiatan tersebut. Tentu saja aku bersedia. Soalnya aku ingin mencari sesuatu yang baru di luar aktivitas ngampus dan organisasi.


Mba Pyu tergabung dalam kepanitiaan peringatan hari ibu di desa tersebut. Ia dan teman-temannya yang merupakan pemudi desa setempat merancang peringatan hari ibu dengan konsep Go Green. Rangkaiannya meliputi lomba memilah sampah sesuai jenis sampah kemudian dilanjutkan sosialisasi pemilahan sampah dan pendaur-ulangan sampah kepada ibu-ibu. Sebagai acara pengiring, di seputaran masjid (tempat kejadian berlokasi di masjid Khoiru Ummah yang menjadi satu dengan sebuah TK) diadakan bazar kecil-kecilan. Ada juga pemeriksaan kesehatan gratis.


Salah satu stand bazar adalah stand jilbab sulam dan aneka bros. Dimana stand itu bertenggerlah aku sebagai penjaganya yang ramah. Kulihat beberapa ibu-ibu yang mendirikan stand di sana tengah sibuk menata barang dagangannya. Baiklah kukenalkan mereka yah… Sebelumnya posisi bazar membentuk sebuah persegi panjang dimana stand jilbab sulam berada di titik tengah sisi lebar dan menghadap ke pematang sawah.


Di sebelah kiri aku berdiri adalah stand tempat makan, minum, piring, gelas, toples yang terbuat dari plastik. Baru kutahu setelah melirik merknya ternyata sebuah merk terkenal di tanah air ini. Penjaganya adalah seorang ibu dan putra putrinya bernama Alif dan Isni (kalau aku tidak salah sih). Di depan stand itu terdapat stand Bu Darmi yang menjual deterjen bubuk dan cair serta pelicin pakaian yang biasa digunakan skala Laundry. Baru kutahu setelah berbincang-bincang dengan beliau bahwa produk pembersih pakaian itu dibuat langsung oleh para mualaf yang tergabung dalam perkumpulan mualaf….(maaf, aku lupa namanya). Kemudian aku jadi tertarik membeli satu botol pelicin seukuran pocari sweat dengan harga sebelas rebu. Di sebelah kiri bu Darmi ada penjual koktail dan sejenis sirup. Stand inilah yang kuperhatikan banyak dibeli oleh ibu-ibu yang kebanyakan membawa annak kecil. Tentu saja yang terlaris adalah stand plus bakul penjual sayur yang berada si sebalah penjual yang kusebutkan sebelumnya. Posisinya tepat di depan stand jilbab sulam. Maklumlah yah, pagi-pagi ibu-ibu kanmesti masak. Hehe


Di seberang penjual koktail ada stand Bu Esti yang menjual barang-barang terbuat dari limbah pakaian. Ada juga hasil jahitan eco bag dan tas berbahan tali. Kreatif deh pokoknya Bu Esti. Disebelah kiri bu Esti ada stand Bu Rahayu yang memiliki anak kelas 6 SD bernama Hasna. Ia menjual olahan kripik bayam dan kripik daun kemangi (?). Selain itu, ia menjual ciput jilbab, jilbab jenis Obama, serta bros-bros yang kalau dipakai ditusuk di dekat ubun-ubun kepala. (kayak Kuntilanak aja, heheh).

O, iya ada stand yang ramai juga dikunjungi ibu-ibu dan anak-anak! Stand Sembako dan sepatu murah yang ngemper dekat selasar masjid. Standnya gede sendiri dengan berjejer aneka sepatu dewasa laki-laki maupun perempuan serta anak-anak. Aku pastikan sepatu itu memiliki kualitas yang cukup baik (maklum merk yang terkenal di Indonesia). Dengan harga sekitar dua puluh rebu hingga tiga puluh lima rebu, kamu bisa dapat sepatu yang layak pakai. Hanya saja model sepatunya sudah ga In lagi alias gaya-gaya zaman dulu. Hehe. Sepertinya itu cuci gudang. Tapi tetap bagus.


Selanjutnya stand jilbab sulam-nya mba pyu. Sebelumnya kuperkenalkan siapa dia sebenarnya.

Mba Pyu adalah salah satu penghuni kos dimana aku tinggal. Ia memiliki hobi menyulam. Entah sudah berapa banyak lembaran jilbab yang telah disulamnya. Selain meyulam jilbab, ia pun membuat kreasi aneka bros yang terbuat dari manik-manik dan kulit kerang. Dari hobi itulah, ia kembangkan menjadi bisnis handmade berskala hunian kos. Jilbab yang ia buat memiliki ciri-ciri dan keunikan. Mau tahu keunikannya kunjungi saja www.sulamsouvenir.com


Dari kegiatan masyarakat ini aku mendapatkan banyak pelajaran, kenalan, serta foto-foto lucu para anak-anak kecil yang datang.


Karena acaranya merupakan peringatan hari ibu, maka otomatis yang datang adalah ibu-ibu. Ibu muda, ibu tua, serta ibu yang tertua (alias simbah simbah). Aku melihat wanita dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Tentunya aku merefleksikan diri bahwa kelak aku pun akan seperti mereka: menjadi ibu muda dengan anak-anak kecil, ibu tua yang memiliki anak seusiaku, serta menjadi tua sekali setelah melihat kelahiran banyak cucu. Huuff. Ya Allah bagaimanalah aku dimasa depan dengan perubahan fisik semacam itu, maka jadikan aku semakin kencang mencintai-Mu, menyibak dan mengagumi kebesaran dan kesempurnaan-Mu, wahai Rabb semesta alam.


Dari kegiatan ini pula-lah aku menyambung persaudaraan baru dengan Bu Esti, Bu Darmi, Bu Rahayu, Mbak Dewi dan Mbak Ayun, serta Mbak Dwi Pita dan Mbak Endah, adiknya.


Dari Bu Esti, aku mengetahui ternyata bu Esti sedang berupaya memberdayakan para ibu di lingkungannya untuk menjahiti bahan menjadi eco bag. Kebetulan juga aku sedang mencari-cari dimana tempat membeli bahan semacam itu. Ternyata beliau membelinya di toko Liman. Ya Allah, terima kasih banyak Engkau mudahkan pencarianku. Padahal sebelumnya aku dan teman-teman mencari ke toko kain biasa, bahan tersebut tidak ada. Alhamdulillah. Aku pun mendapat CP beliau dan sewaktu-waktu bisa saling kontak jika aku dapat kerjaan membuat banyak eco bag. Aku akan order ke beliau, insyaAllah.


Dari Bu Darmi, aku mengetahui sedikit tentang cara membuat deterjen. Aku mengetahui ternyata ada perkumpulan mualaf yang bersemangat mencari dana unntuk mengadakan kegiatan yang mendukung kerohanian. Mungkin aku bisa bertemu lagi suatu saat nanti dengan mengunjungi perkumpulan itu. :)


Dari Bu Rahayu, aku jadi mengenal Hasna, anaknya. Yang belakangan kutahu Hasna sudah juz 9 dan lancar mengajinya. Aku membuat tebak-tebakkan bahasa Inggris padnya. Ternyata hasna anak yang pintar.


Dari Mbak Dwi dan Mbak Endah, aku jadi mengetahui ternyata mereka berasal dari Aceh dan menetap di Jogja setelah gangguan GAM sedikit mengancam di tahun 2000. Aku jadi mengetahui Mbak Dwi adalah seorang dokter gigi dan mbak Endah adalah anak UII yang temanan dengan mb Wikan, bahkan pernah ke kos ku juga. Whaaa… Aku pun ditawari untuk membersihkan karang gigi secara gratis di Kanina. Hehe. Berhubung aku tidak memiliki banyak karang gigi, kesempatan itu aku gunakan ketika ada waktu luang. Tapi aku berjanji untuk datang.


Terakhir dari Mbak ayun dan Mbak dewi, aku ditawari untuk main ke SD INTIS tempat mereka bekerja. Wah, padahal aku membayangkan seandainya aku bisa main-main ke SD INTIS dan ga tahu bagaimana caranya dan sekarang Allah memudahkan jalanku. Tentu saja aku ga akan menyia-nyiakan kesmpatan ini. ^^


O, iya peranku sebagai fotografer kumaksimalkan memotret tingkah lucu dan lugu anak kecil. Yah, tentu saja kegiatan hari ibu kudu kofoto juga. Di atas adalah hasil jepretanku. ^^



Aku sangat menikmati hari itu, selain banyak makanan yang sisa (soalnya bisa dibawa ke kos dan dimakan bersama), aku dibukakan sebuah realita yang harus dijalani kelak: Lingkungan Masyarakat. Kita tidak terlepas dari masyarakat dan harus berkontribusi yang terbaik buat masyarakat! Kira-kira kelak aku akan menetap lama dimana yah? @_@a Lampung? Yogyakarta? Ataukah Finlandia?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)