Mother School

Banyak hikmah dari nostalgia pribadi dari lahir hingga menjelang dewasa saat ini. Tepatnya di kota kelahiran saya: Bandar Lampung. Memori yang terukir teramat lama itu, hadir kembali secara sengaja dan tidak. Meskipun, kebanyakan dirasa remang juga.

Sebenarnya banyak yang ingin di-share lewat tulisan ini tentang fase kehidupan saya sebelum menetap sebagai pendatang di Sleman, Yogyakarta. Teramat banyak, kawan. Sabar sajalah, sayang bila tidak didokumentasikan. Siapa lagi yang akan menulis dan mengingat sejarah diri sendiri kecuali pribadi sendiri itulah. Setidaknya dia paham betul....

Kali ini biarlah saya menggoreskan keinginan yang agaknya ingin sekali saya wujudkan. Ialah mengadakan "Mother School". sangat ingin..

Terpikirkan ketika sedang mengingat kembali kenangan di masa kecil. Membuka pikiran bersama Enyak dan 2 brother. Dalam perbincangan itu, saya diam-diam mengevaluasi cara mendidik ortu. Hmm, ternyata masih banyak praktik2 yang tidak sesuai teori mendidik anak usia dini.

Pada suatu kesimpulan yang diperkuat dari pengakuan sang Bunda bahwa ketidaktahuan terhadap informasilah yang membuat ortu mendidik sesuai feelingnya. Ia juga mengakui tak sepandai pakar pendidikan dan psikologi anak.

Hmmm..mengapa demikian..Apakah yang berhak tahu tentang cara mendidik anak sesuai perkembangan alamiahnya hanya terbatas pada kalangan pendidikan anak usia dini?

Saya rasa tidak juga...Seandainya penyuluhan sering dilakukan serta ortu rajin membaca tentang persoalan Parenting, mungkinlah saya boleh jadi menjadi anak yang kecerdasan menurut Gardner_jadi lebih berkembang. Hmm,,,

Tidak terlalu bermaksud menyalahkan didikan ortu, saya yakin ortu atau calon ortu di zaman sekarang akan lebih maju lagi serta tidak primitif (duh.bahasanya) lagi dalam mendidik anak.

yah! Dengan Mother School ini!
Tidak banyak pemerintah atau instansi2 terkait yang mengadakan atau mendidik ibu-ibu atau calon ibu dalam mendidik anaknya dari aspek perkembangan kognitifnya, afektif serta psikomotor. Padahal, menurut teori2 yang telah saya baca: banyak sekali hal yang butuh perhatian ekstra. Dan itu butuh pemahaman yang utuh.

Di satu sisi, perhatian pemerintah atau instansi terkait lebih tercurahkan pada hak dan kewajiban anak, belum menyentuh secara besar perhatiannya pada pemahaman para ibu. Setidaknya saya mengamatinya di kampung2, bahkan kota juga. Padahal aset terbesar sebagai langkah pencegahan terhadap kemungkinan terburuk pada anak, adalah terletak pada peran orang tua (terutama Ibu).

Harapannya, akan lahir di setiap rahim ibu, anak yang cerdas (cerdas kinestetik, interpersonal, intrapersonal, matematika-logis, linguitik, musikal, naturalistik, spasial, spritual)

Yah! Generasi bersih pembangun negeri yang telah lama bobrok ini. Saya yakin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)