Islam: Cahaya Yang Menerangi Hidupnya!


Kamu tahu?
Berapa banyak rupa manusia telah ia kenal.
Mengeksploitasi bayi mungil tak mengerti apa-apa dan ia hanya bisa pasrah.
Makhluk mungil pun terus tumbuh dalam harmoni kehidupan: yang terkadang ia sangat sulit mengingatnya dan adapula yang sulit dihapusnya.
Hati putihnya bertambah pekat dari waktu ke waktu. membuatnya semakin berontak!

Fase itu pun berjalan alami.
Menjadi dewasa adalah sunah Allah.
Sekarang semua orang dapat melihatnya dan memberikan pendapat terhadap mantan makhluk mungil itu. Hingga ia tak mampu menahan emosi labilnya...Jadilah ia pemberontak yang egois...

Segala sesuatu yang ia alami tidak tentu arah.
kadang secercah cahaya, kadang sebongkah batu, kadang pula ruang hampa yang ia rasakan. Sebutlah ia tengah mengalami masa kalutnya.

Ia tumbuh menjadi seorang pemarah, pemalu, pemberontak dan penakut.
Ia lah pemilik dunianya. tak ada yang boleh menggangunya!
Namun, hatinya belum menjadi kopi. Masih ada ruang-ruang bercahaya, entah dari mana.
Ia masih bisa berlaku arif kepada orang lain. Masih punya sebongkah harapan kuat terhadap masa depannya.
Disinilah titik sentripental yang menjadi pelecut baginya!

Hati terus pekat seiring bertambahnya usia, bertambahnya intervensi asing dan gangguan-gangguan teknis.
Namun,
Allah Maha Penyayang! Ia tak dibiarkan bodoh, hina, dan nista.
Buktinya di tengah asuhan di zaman orang-orang belum memperhitungkan perkembangan psikologi anak, ia tumbuh menjadi anak yang pintar. Ia memang pintar di sekolah. Namun, kehidupan sosialnya seakan tertutup. Ia belum bisa membuka diri.

Hingga akhirnya hidayah Allah memberikan warna baru dalam hidupnya. Tentu warna pembawa kebaikan, perubahan, dan keindahan.

Mulailah dewasa itu, ia membuka dirinya...
Interaksi sosialnya terus diasah seiring kehendak-Nya.
Ia menemukan secercah harapan setelah masuk masa SMA. Allah membimbingnya pada jalan yang jauh berbeda di masa kecil dan remajanya. Ia seperti dibukakan Allah pintu bercahaya untuk memasuki dunia Islam yang indah.

Islam baginya dahulu hanyalah ritual belaka.
ia menyadari: betapa telah bertahun-tahun dan itu cukup lama ia belum menikmati sesungguhnya Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin.

Saat itu, saat-saat yang indah..
Hati pekat itu kian memudar menuju titik batas jernih.
Hingga akhirnya Allah mempertemukannya dengan teman-teman sholeh dan sholehah. Itulah pertama kalinya ia merasakan persahabat yang sesungguhnya. Persahabatan yang membawanya pada kecintaan yang patut untuk dicintai: Allah Ta'ala.

Mereka membantunya terus mengenal Islam.
Ia telah berjanji pada Allah dan terlahir sebagai seorang Muslim jauuuh sebelum masa remajanya. Namun dari masa remaja itu lah, ia merasakan benar-benar mengenal Islam lebih dekat. Kini ia bertekad menjadi muslim yang sejati...
Dalam do'anya, ia selalu ingin berada dalam cahaya Islam.
Ia takut sekali bila hidayah yang telah didapatkannya lenyap tak berbekas...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)