Wisata keluarga

Mulai menjelajah kembali Sumatera bagian selatan bersama keluarga melalui jalur darat. Awalnya ogah kudu ke palembang, mengingat beberapa hari ke depana saya harus berangkat ke Jogja. Namun, gairah mengenal mereka yang dikasihi oleh orang yang kukasihi (ortu maksudnya),maka jadilah berangkat deh. berlima: kedua orang tua, kak asep, adek aji. Go to Palembang!! sayang kak Oman ga bisa ikut. Beliau harus tugas di kantornya. ckckck.

Pemberangkatan: Hmm cukup grogi juga, sehingga para penumpang kecuali sopir merasa agak mual. Maklum udah lama ga ke sono naik mobil. Perjalanan selanjutnya agak lebih baik, meskipun harus menyaksikan 2 korban memuntahkan isi perutnya (bukan saya loh. hehe)

Perjalanan kali itu benar2 penyambung silaturahim banget. Sampai di Kotabumi, mampir dulu di rumah wak mukhlisun. Sampai di Batanghari, mampir dulu plus ziarah kubur. begitu juga sesampainya di desa Gunung Kuripan. jadilah kami 5 beranak sampai di Palembang jan 21.30 WIB. (catatan berangkat dari bandar lampung jam 06.00 WIB)

Kami ke Palembang sebenarnya dan sesungguhnya untuk menghadriri akad nikah plus resepsi pernikahan kak Citra, anaknya wak Subli dan wak Rumini.

Canggung sih. hehe. untunglah ada ayuk Ndang yang membantu saya beradaptasi. Benar2 keluarga yang Palembang banget. (maksudnya? Entahlah..)

4 hari di palembang kami habiskan main ke rumah ayuk yar, wak daulat, wak Fendi (duh di sini rumahnya adem ayem di tengah panasnya kota Palembang, trus wak Fendi ngomongnya halus sekali, mirip wong Jogja. Jadi gemes)

Yang membuatku terkesan ialah mampir ke rumah Unggang Bashar R. Suatu saat rumah saya akan seperti itu. Semoga saya bisa sukses yah dan tetapa ramah dan menyenangkan ^^. Unggang Bashar tuh ramah banget, pinter lagi. pokonya berkharisma lah. meski sudah tua, doi tetap cakep. Toeng^$(%$5?

Masa-masa perjalanan di mobil bersama keluarga lah, saat yang sangat berkesan. Entah kapan lagi bisa berbincang penuh hikmah kehidupan bersama papa, mama. Hmmm rasanya kalau mengenang itu, saya ingin menangis bahagia. Ternyata kasih mereka sangat besar, sampai saya seperti hina dan malu sendiri ketika mengingat perlakuan saya kepada mereka yang tidak sepatutnya.

Aku rindu duduk di sebalah papa yang tengah menyetir. Ku tanya ini pohon atau hutan apa? Ia akan menjawab dengan sabar, berusaha memberi penjelasan agar aku mengerti dengan baik.
Lihat, pa! Awannya indah?!
Senandung lawas "Asmara" ia lantunkan. Betapa merdunya..Hu hu..papa , ketika muda sangat suka musik. sampai sekarang pun ia masih hafal liriknya.
Tentang ini, tentang itu..kami bercerita. memberi kesan dan salim memberi saran.

Betapa aku sangat merindukan saat-saat itu.

Di balik kulitnya yang telah kusut, ia telah banyak berubah.
aku sangat senang itu. Ia perubah yang baik. Ia sangat sabar dan pintar.
Papa, aku kangen sekali...Entah bagaimana aku mampu mengucapkannya secara langsung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)