Dibalik Tantangan Menuju World Class University


Oleh : Novi Trilisiana

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia berlomba-lomba untuk menjadi World Class University atau perguruan tinggi berkelas dunia. Hal tersebut disebabkan tantangan globalisasi saat ini: bersaing dengan perguruan tinggi dari berbagai negara. Segala hal yang menjadi prasyarat World Class University tengah dipenuhi oleh perguruan tinggi di Indonesia.

World Class University merupakan predikat bergengsi yang patut diperjuangkan. Alasannya cukup bijak: tidak ingin tertinggal dengan perguruan tinggi lainnya. Standar World Class University ini akan menentukan kualitas dan kuantitas suatu perguruan tinggi. Tentu saja tiap perguruan tinggi tak mau tergerus oleh perkembangan zaman yang semakin maju.

Beberapa PTN Indonesia yang berpotensi besar menjadi World Class University ialah Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan Institut Teknologi Sepuluh November. Beberapa dari pihak PTS ialah Univeraitas Gunadarma dan Universitas Airlangga. Pergururuan Tinggi lainnya masih dalam tahap perintisan awal menuju World Class University.

World Class University Memicu Kreativitas
Syarat menuju World Class University cukup kompleks, diantaranya terdapat dosen bergelar doktor & profesor setidaknya 40 % dari total pengajar. Selain itu penilaian terhadap kuantitas dan kualitas riset yang dilakukan secara nasional hingga internasional. Publikasi riset tersebut dalam suatu jurnal pun harus dilakukan melalui situs-situs ilmiah perguruan tinggi. Syarat-syarat tersebut akan menjadi target yang harus dicapai. Hal tersebut tentu membutuhkan kreativitas para pendukung World Class University.

Upaya menuju World Class University merupakan refleksi yang dianjurkan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an surat Al-Maidah (5): 48 menyatakan “….Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. …”. Salah satu syarat menyandang predikat World Class University ialah melakukan banyak riset untuk menghasilkan solusi terbaik bagi kehidupan manusia. Adanya standar World Class University ini akan memacu perguruan tinggi meningkatkan intensitas dan kuantitas riset yang dilakukan civitas akademiknya. Semakin banyak riset yang dilakukkan akan melahirkan banyak solusi dan pengetahuan baru terkait bidang yang ditekuni. Kebaikan demi kebaikan akan dihasilkan melaui riset yang baik pula.

Syarat lainnya ialah menumbuh-suburkan para pengajar yang berkualitas. Tuntutan World Class University ialah setidaknya 40 % pengajar dalam suatu perguruan tinggi bergelar doktor dan profesor. Hal ini menjadi motivasi setiap insan untuk terus belajar tiada henti. Paling tidak memperjuangkan pendidikannya hingga S3. Tentu saja kualitas pengajar lulusan S1 akan berbeda dengan S3.

Akan semakin banyak orang pintar di Tanah Air ini yang siap menularkan ilmu yang dimilikinya kepada tunas-tunas bangsa sendiri maupun asing. Bukankah sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia yang lain? Manusia-manusia yang berilmu dijanjikan Allah suatu derajat yang lebih tinggi. Hal itu termaktub dalam Q.S. Al-Mujadilah (58): 11.
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’ maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Supaya dapat bersaing di dunia Internasional tentu bermula dari mendalami ilmu. Tanpa ilmu suatu perbuatan akan sia-sia. Satu-satunya cara mendapatkan ilmu ialah dengan belajar. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman (pemahaman) dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)

Setelah melakukan banyak riset dan meningkatkan kualitas pengajar suatu perguruan tinggi, maka perlu adanya publikasi hasil riset pada seluruh dunia. Tujuannya agar hasil riset perguruan tinggi diketahui dan dimanfaatkan oleh banyak orang di seluruh dunia. Riset tersebut dibuat ke dalam jurnal elektronik yang cepat dan mudah diakses melalui dunia maya (Internet).

Banyaknya jurnal yang dipublikasikan pada dunia internasional akan menaikkan rating suatu perguruan tinggi menuju World Class University. Hal ini dapat diukur dari banyaknya pengunjung yang mengakses situs ilmiah perguruan tinggi tersebut. Mempublikasikan hasil pemikiran dan pengetahuan baru pada khalayak ramai merupakan anjuran dalam Al-Qur’an.
“… . Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. ….” (Q.S. Al-Maidah [5]:2)

Firman Allah itu menganjurkan manusia untuk tidak menyimpan ilmu hanya untuk dirinya sendiri, melainkan membaginya pada orang lain. Saling membantu untuk saling mencerdaskan. Ilmu yang bermanfaat ini akan menjadi amal jariyah pemiliknya karena terus-menerus dipelajari dan diamalkan.

Jadi, semua prasyarat perguruan tinggi menjadi World Class University mendatangkan manfaat besar bagi umat manusia. Oleh sebab itu, kehidupan manusia akan lebih baik dan perlahan kultur akademik semakin kental. Terutama perguruan tinggi Indonesia yang dapat bersaing di era globalisasi.

Manfaat World Class University Bagi Peningkatan Pembelajaran
Predikat World Class University tentu saja akan memberikan dampak positif bagi perguruan tinggi terutama pada peningkatan pembelajaran. Ditinjau dari fasilitas penunjang pembelajaran. Akan banyak fasilitas perguruan tinggi yang dibenahi, sehingga memenuhi standar World Class University . Misalnya, perpustakaan yang berstandar World Class University tentu saja sistem pengelolaannya akan lebih canggih. Penataan ruang yang kondusif, koleksi bahan literasi yang lengkap, sistem informasi yang efisien hingga pelayanan yang profesional. Hal ini memberikan nilai plus bagi pengguna perpustakaan maupun pihak perguruan tinggi itu sendiri.

Bahkan, UI (Universitas Indonesia) akan membangun perpustakaan termodern berbasis Hybrid library. Perpustakaan ini rencananya akan menggunakan energi matahari. Para mahasiswa dilarang merokok atau mempergunakan kertas secara tidak efisien selama berada di kawasan perpustakaan. Perpustakaan tersebut ditunjang dengan adanya 1000 unit komputer dan bahan bacaan digital.

Fasilitas yang tak kalah penting ialah laboraturium. Laboraturium yang memadai dan lengkap akan menjadi dambaan setiap civitas akademika yang akan melakukan praktikum dan riset. Bayangkan bila laboraturium setiap fakultas diisi dengan peralatan yang lengkap. Hal ini memudahkan mahasiswa dan dosen berinovasi menghasilkan karya.

Lingkungan yang sehat dan asri pun akan senantiasa diciptakan. Lingkungan tersebut memberikan kenyamanan bagi penghuninya untuk berfikir dan berkreasi. Sirkulasi udara yang lancar, pepohonan yang rindang hingga suasana yang tenang. Mahasiswa akan mudah belajar karena suasana yang tenang akan mempengaruhi gelombang otak. Gelombang otak yang tercipta dari suasana seperti itu adalah gelombang alfa.

Perguruan tinggi pun akan mengadakan hotspot area. Tempat mengakses Internet secara gratis ini akan diperbanyak di areal kampus. Akan disediakan meja dan kursi sebagai penunjang fasilitas hotspot area. Adanya hotspot area akan menunjang pembelajaran mahasiswa melalui Internet.

Salah satu media pembelajaran ialah melalui Internet. Internet menyediakan berbagai sumber informasi dan pengetahuan bagi semua orang yang ada di dunia. Seseorang yang berasal dari Indonesia dengan mudahnya mengakses informasi dari negara lain. Inilah yang merupakan salah satu keuntungan mahasiswa difasilitasi hotspot area.

Kecepatan akses Internet pun akan diperhatikan. Tidak cukup fasilitas berupa penyediaan hotspot area saja. Namun, kecepatan akses akan berbanding lurus dengan kecepatan perkembangan pengetahuan mahasiswa.

Tidak hanya fasilitas saja yang ditingkatkan. Namun, kultur penelitian senantiasa terbangun di setiap sudut-sudut kampus. Kegiatan-kegiatan ‘menyelami’ lautan ilmu akan mudah ditemukan di area kampus. Hal ini dapat dilihat dari intensitas pengadaan seminar yang rutin dan kegiatan pembelajaran lainnya.

World Class University Membuka Kerja Sama Internasional
Perguruan tinggi yang berpredikat World Class University akan sangat membuka diri dengan perguruan tinggi dari seluruh dunia. Sebutlah kerja sama antar negara di bidang keilmuan. Semakin banyak mahasiswa yang berasal dari luar negeri belajar di suatu perguruan tinggi maka perguruan tinggi tersebut semakin dipercaya oleh dunia internasional. Misalnya, mahasiswa asing asal Amerika ingin memperdalam ilmunya di bidang kelautan, sedangkan negara asalnya kurang unggul di bidang tersebut. Mahasiswa tersebut tentu saja menginginkan pendidikan kelautan di perguruan tinggi yang lebih baik. Indonesia yang merupakan kepulauan maritim, misalnya. Bila perguruan tinggi di Indonesia telah menerapkan World Class University maka mahasiswa itu setidaknya mempertimbangkan kuliah di Indonesia.

Semakin banyak warga asing kuliah di perguruang tinggi (misal: Indonesia) akan menambah dana perguruan tinggi tersebut. Tentu saja dana itu akan membantu kemajuan pembangunan suatu perguruan tinggi.

Selain itu, warga asing yang hanya sekadar studi banding ke suatu perguruan tinggi yang berbasis World Class University akan merasa terbantu dari segi komunikasi. World Class University berarti telah menerapkan bahasa internasional sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Oleh sebab itu, misconception dapat dikurangi.

Keuntungan yang didapat mahasiswa-mahasiswa dalam negeri ialah mendapatkan pengalaman dari mahasiswa asing ketika studi banding. Antarmahasiswa beda negara tersebut saling bertukar pikiran, sehingga menambah wawasan secara global.

Bila dilihat sejarah kejayaan Islam dahulu, maka predikat World Class University pantas disematkan pada perguruan tinggi di masa itu. Bagaimana tidak? Semua syarat hampir dipenuhi perguruan tinggi di masa kejayan Islam. Tengoklah perpustakaan Al-Hikam di Andalusia, Darul Hikmah di kairo, perpustakaan Universitas Cordova! Semua literasi keilmuan di masa itu sangat banyak dan lengkap. Tradisi keilmuan berupa riset dan menulis kitab senantiasa dilaksanakan secara rutin. Para ilmuwan dan ulama saat itu sangat sadar akan tradisi belajar dan menebarkan ilmu.

Kerja sama dengan negara lain pun senantiasa terbangun. Mengingat prinsip Islam tentang amal jariyah (amal yang pahalanya mengalir terus menerus sepanjang diamalkan), cendikiawan Muslim rela membagi ilmunya dengan bangsa lain. Penemuan-penumahan dari riset cendikiawan tersebut akan disebar-luaskan. Maka tak heran banyak ilmuwan Barat yang melakukan riset dengan mengacu literasi kaum Muslimin.

Ditinjau dari persyaratan World Class University di masa sekarang maka, masa kejayaan Islam dulu tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Bahasa andalannya ialah bahasa Arab dan Persia. Dahulu belum mengenal Internet dan sistem informasi yang cepat. Berbeda, tetapi tak dapat dipungkiri pada masa jaya Islam dahulu sangat luar biasa. Kini, kejayaan itu senantiasa diperjuangkan!

Menyandang Predikat World Class University Bukan Sekadar Predikat
Perlombaan PTN dan PTS di Indonesia dalam rangka menuju World Class University dapat diukur oleh lembaga pemeringkat. Lembaga pemeringkat Times Higher Education Supplement (THES) dari Inggris, misalnya. THES menilai berdasarkan empat faktor, yakni kualitas riset, terserapnya lulusan ke dunia kerja, prestasi internasional, serta kualitas pengajaran.

Berdasarkan pemeringkatan terakhir yang dikeluarkan pada Oktober 2009 oleh THES, Universitas Indonesia menempati peringkat ke-201, Universitas Gajah Mada di urutan ke-250, Institut Teknologi Bandung di peringkat ke-351, Universitas Airlangga antara 401-500, sedangkan Universitas Diponogoro dan Universitas Brawijaya berada di posisi 501-600.

Cybermetrics Lab beberapa waktu lalu merilis peringkat perguruan tinggi terbaik di dunia berdasarkan eksistensinya di Internet. Dari 16.000 perguruan tinggi di seluruh dunia yang ikut dinilai, Indonesia menempatkan 26 wakilnya dalam kelompok 5000 besar dunia.

Memang lembaga pemeringkatan tersebut memiliki spesifik tertentu. Oleh sebab itu masih banyak aspek yang perlu dikembangkan oleh perguruan tinggi Indonesia. Peringkat tersebut dari tahun ke tahun semakin baik. hal ini menjadi angin segar bagi dunia perguruan tinggi Indonesia. Upaya menuju World Class University lambat laun tercapai.

Suatu dilema, memang. Ketika niat ingin menjadi World Class University ternodai oleh kesombongan suatu bangsa terhadap peringkat yang disandangnya. Kasarnya, perlombaan ini bergeser ke arah pamer kehebatan. Substansi World Class University tergadaikan. Bangsa tersebut terjebak pada ‘simbol’ yang semu. Dengan kata lain puas dengan materi yang didapatkannya saat ini.

Perguruan tinggi yang lebih dulu menyandang World Class University akan dirasa menjadi institusi yang sulit terjamah oleh perguruan tinggi biasa. Akan terjadi kesenjangan sosial antar perguruan tinggi di sini! Masyarakat akan lebih dulu melirik perguruan tinggi yang berkualitas unggul (berpredikat World Class University). Fenomena tersebut pasti terjadi di kalangan masyarakat.

Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan dirinya. “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S. Luqman[31]:18)

Sudah sepatutnya perguruan tinggi berkelas World Class University menjadi contoh yang memberikan inspirasi bagi civitas akademik-nya dan lingkungan luar. Menjadi hebat butuh perjuangan besar tetapi menjaga agar tetap rendah hati membutuhkan konsistensi!

Ketika World Class University Terbatas Untuk Kaum ‘Elit’
Salah satu tujuan yang mendasari suatu perguruan tinggi menjadi World Class University ialah agar banyak mahasiswa asing yang mendaftar di perguruan tinggi tersebut. Semakin banyak mahasiswa asing yang belajar di sana maka akan semakin banyak dana yang masuk ke perguruan tinggi itu.

Perguruan tinggi tentunya mengutamakan kecerdasan anak bangsa sendiri. Suatu negara akan maju bila terdapat banyak anak negeri yang cerdas. Lantas, dengan adanya perguruan tinggi berpredikat World Class University akankah memberikan kesempatan bagi yang miskin? Terdapat kalimat anekdot: Orang miskin dilarang sekolah! Mungkin diam-diam kalimat tersebut di-iya-kan, meskipun sering didengungkan perihal pemerataan pendidikan bagi semua kalangan.

Akankah perguruan tinggi yang kualitasnya sangat bagus sulit terjamah kalangan menengah ke bawah? Mengingat banyaknya warga yang memiliki ekonomi lemah (di Indonesia). Di sisi lain fasilitas yang ditawarkan perguruan tinggi berpredikat World Class University membuat semua orang ingin kuliah di sana. Tentu saja fasilitasnya modern, lengkap dan mahal.

Tidak sedikit orang cerdas lahir dari kalangan ekonomi lemah. Mereka setidaknya sadar akan pendidikan dan mereka memperjuagkan itu semua! Mental dan semangat tak terpatahkan yang selalu dihadirkan dalam hidup mereka. Bagi mereka uang bukan segalanya. Orang-orang seperti ini memperjuangkan hidup sesuai fitrahnya: haus ilmu!

Amat disayangkan bila orang cerdas dari kalangan ekonomi lemah disia-siakan. Hendaknya World Class University ini menjadi ‘angin surga’ bagi mereka yang miskin. Perguruan tinggi yang terbatas bagi kalangan mampu (elit) akan sama saja dengan seorang yang menimbun harta tetapi tak ingin bersedekah. Rakus!

Harapannya World Class University hadir untuk semua kalangan. Entah bagaimana sistem pengelolaannya. Paling utama ialah pendidikan untuk semua, tidak melihat dulu status sosial ekonominya. Maka benarlah ajaran Islam sebagai agama Tauhid: Jangan membeda-bedakan orang lain. Semua manusia sama hanya takwa yang membedakannya.

Melunturnya Jati Diri Bangsa
Hal yang sangat ditakuti suatu bangsa terutama Indonesia ialah bangsa yang melupakan jati diri bangsa sendiri. Benarkah World Class University dapat melunturkan pesona kebangsaan sendiri? Setidaknya banyak kalangan yang menyetujui dampak negatif ini. Alasannya beragam tetapi dapat disimpulkan bahwa World Class University akan melahirkan anak bangsa yang tidak cinta tanah airnya. Mereka lebih senang berkiblat pada negara lain yang dianggap lebih baik. Kultur dan cara pandang tidak lagi mengikuti cita-cita bangsa terdahulu. Hal ini disebabkan pendidikan dan pergaulan yang global.

Namun, segala sesuatu pasti ada solusinya. Dampak negatif ini pun dapat direkayasa. Suatu perguruan tinggi tentunya memiliki kurikulum tersendiri baik yang disepakati bersama, maupun otonomi. Masukkan saja kurikulum tersebut dengan pelajaran cinta tanah air, misalnya. Tentu saja dengan metode-metode yang mutakhir. Tidak sekadar mata kuliah selingan, tetapi menjadikan mata kuliah diminati mahasiswa. Global tetapi tetap nasionalis.

Keteladanan dituntut di sini! Para dosen hendaknya mencontohkan prilaku yang mencintai negara sendiri dan tidak melupakannya. Hal ini bukan suatu yang instan tetapi langkah awal yang membutuhkan kesabaran. Patut dicontoh prilaku Rasulullah Muhammad saw. yang menanamkan ajaran Islam tentang aqidah pada kaum Muslimin selama 13 tahun. Waktu yang cukup lama. Tentu saja melahirkan kaum Muslim yang cinta dan taat pada Allah swt. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik.

World Class University bukan lagi hal baru yang mesti ditakuti tetapi perlu diperjuangkan. Butuh keyakinan dan usaha yang optimal dilakukan semua kalangan yang ingin mewujudkannya. Tidak dipungkiri suatu hal pasti memiliki dampak positif dan dampak negatif. Harapannya ialah mengoptimalkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif. Berlomba-lombalah dalam kebaikan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)