Renovasi Moral Menuju Investasi Bumi
Manusia dengan akal
pikirannya ternyata mampu mengguncang stabilitas kehidupan mereka sendiri.
Melalui inovasi dan teknologi yang diciptakan, manusia menjelma ke dalam sosok
yang tamak. Tentu denotasi negatif ini, hanya berlaku pada sebagian besar
manusia. Hanya saja yang sebagian besar itu telah menutupi sisi positif manusia
yang lain. Mengapa demikian? Pada mulanya, manusia menciptakan macam-macam
inovasi dan teknologi untuk mempermudah pekerjaan. Namun, seiring meningkatnya
rasa tidak puas manusia, inovasi-inovasi yang lahir berkembang pesat atas dasar
ketamakkan. Manusia menginginkan sesuatu yang lebih banyak dalam waktu yang
singkat. Oleh karena itu, manusia terus berlomba menemukan cara terbaik untuk
kemajuan segala bidang kehidupannya. Alih-alih menemukan cara terbaik di satu
bidang, manusia malah membuat dampak buruk di bidang yang lain.
AC (Air Conditioner) misalnya, diciptakan
bermula atas desakan hawa panas yang membuat manusia tidak nyaman berada dalam
ruangan. Namun, desakan-desakan tersebut menggoda manusia lain_yang sebenarnya
tidak terlalu membutuhkan_ untuk konsumtif. Contoh lainnya, inovasi pestisida
diciptakan untuk membasmi musuh alami tanaman. Manusia rela menyemprotkan
pestisida yang sesungguhnya merusak stabilitas hayati demi keuntungan yang
instan. Selain itu, motor diciptakan untuk mempermudah perjalanan yang jauh. Namun, manusia menjadi pragmatis
dan berlaku manja pada perjalanan-perjalanan dekat. Jadi, penemuan
manusia berada di antara lingkaran faktor ekonomi industri, hasrat konsumtif,
dan etika manusia itu sendiri.
Ketiga faktor tersebut,
jika berlebihan akan memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia.
Bayangkan jika industri teknologi dan inovasi memberikan propaganda lebih besar
demi keuntungan maksimum. Pihak industri akan mengupayakan masyarakat luas
untuk membeli produknya dengan iming-iming mendapat kehidupan yang nyaman dan
praktis. Secara sadar atau tidak, masyarakat didorong menjadi makhluk konsumtif
yang menguntungkan dirinya sendiri. Sikap ingin untung sendiri itu dalam
takaran berlebihan akan berubah menjadi ketamakkan. Mengingat pepatah bahwa
segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik pula akibatnya. Bentuk
ketamakkan manusia inilah yang akan menyebabkan penderitaan semua makhluk
hidup, tak terkecuali manusia itu sendiri! Hal inilah yang menjadi salah satu
bentuk degradasi moral manusia terhadap bumi.
Seharusnya bumi kini
masih arif bagi semua makhluk hidup. Seharusnya bumi masih stabil iklim
cuacanya hingga kini. Seharusnya bumi makin nyaman ditinggali dengan
memanfaatkan akal pikiran manusia. Namun, kebanyakan manusia tidak pandai
berpikir. Ketamakkan manusia telah mendominasi. Masih ada pembantaian
hewan-hewan yang dilindungi demi mendapatkan keuntungan dari gading, tanduk,
minyak, atau khasiat tertentu darinya tanpa memikirkan keseimbangan alam.
Manusia juga menebangi hutan demi perluasan lahan pertanian yang pada akhirnya
tidak diikuti reboisasi yang seimbang. Padahal keberadaan hutan begitu penting
dalam menjaga stabilitas alam. Masih ada propaganda konsumtif penggunaan motor
dari para pebisnis. Masih ada penebangan hutan demi pembuatan kertas secara
tidak arif. Masih ada manusia, mungkin termasuk kita sendiri yang menghambur-hamburkan
energi. Jadilah bumi kini tidak ubahnya tempat pemuas ketamakkan manusia.
Thomas L. Friedman
menyatakan bahwa demikian panas, rata, dan penuh sesak kehidupan di bumi saat
ini.[1]
Betapa sulit membayangkan kita_manusia_telah menjadi penyebab kejadian di dunia
alami berlangsung seribu kali lebih cepat daripada keadaan normal. Kelipatan
yang sangat pesat menuju penuaan dini pada bumi. Bumi kini menjadi tempat
polusi, perburuan tak terkendali, dan penghancur habitat-habitat oleh
perkembangan ekonomi yang kelewat pesat dan dengan kecepatan mengerikan!
Lantas, mengapa bumi
jadi begini? Keseimbangan bumi terganggu disebabkan ketidakseimbangan akal dan
nurani manusia. Akal dicitrakan atas kecerdasan, keuletan, dan kreativitas
manusia. Sedangkan, nurani dicitrakan atas kepribadian, emosi, dan moral
manusia. Penyebab paling krusial adalah terletak pada nurani manusia yang
menjelma menjadi setan. Seperti sabda Rasulullah bahwa dalam diri manusia ada
segumpal daging yang jika itu baik maka baiklah seluruh tubuh dan bila itu
jelek maka jelek pula seluruh tubuh. Ingatlah bahwa itu hati! Hati adalah pusat
nurani manusia yang harus disembuhkan jika makin banyak kerusakan di muka bumi
ini.
Moral,
Pemuda, dan Bumi
Tujuan besar umat
muslim adalah menegakkan syariah Islamiyah di muka bumi ini. Tak terkecuali
atas perbaikan-perbaikan sistem pengelolaan bumi. Dimana Islam mengajarkan
manusia untuk berkasih sayang pada makhluk hidup lainnya. Untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan pendidikan moral sebagai tindakan preventif atas perusakan
bumi. Pemuda Islam dapat mengambil peran penting dalam menyukseskan pendidikan
moral sebagai bentuk investasi untuk bumi.
Pemuda Islam kali ini
menjadi pusat penggerak kemajuan moral dan kemakmuran bumi. Pemuda Islam
berkewajiban berlomba-lomba untuk mengisi dirinya dengan ilmu pengetahuan yang
reflektif pada kebenaran Allah. Pemuda Islam dapat menjadi cerdas dengan jalan
kenabian, seperti Dwi Budiyanto menyebutnya Prophetic
Learning. Dengan kata lain, pemuda Islam harus menjadi muslim pembelajar
yang memiliki dua kesadaran sekaligus, yakni pertama, kesadaran akan
kediriannya sebagai hamba Allah, dan kedua, kesadaran akan kediriannya sebagai
khalifah di muka bumi dengan peran dan fungsi sebagai pemakmur dan bukan
perusak.
Dalam diri muslim
pembelajar harus menyatu antara edukasi, konsolidasi, dan kontribusi.[2]
Sebagaimana hasil penelitian para ahli pendidikan karakter bahwa tiada jalan
paling utama dalam membentuk karakter selain
tauladan atau pemberi contoh. Pembentukkan karakter baik, dibutuhkan waktu
pembentukan yang tidak sebentar. Sebab, karakter adalah suatu ciri khusus yang
melekat pada seseorang terutama wataknya, sehingga ia berbeda dengan orang
lain. Oleh karena watak seseorang merupakan pembawaan sejak lahir dan memiliki
kecenderungan yang sama_antara baik dan buruk, maka perlu bimbingan ke arah
yang baik.
Pemuda Islam juga harus
pandai berkonsolidasi dalam satu tim atau jamaah. Konsolidasi akan menyatukan
SDM berkualitas (telah teredukasi) pada satu visi yang sama. Pemuda Islam pun
hendaknya bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungan dengan kontribusi yang
seimbang. Ia tidak akan menjadi sosok yang pandai mengkritik tanpa memberikan
solusi. Ia akan menjadi orang paling diharapkan di muka bumi ini.
Melalui pemuda Islam, renovasi moral akan
menyelamatkan bumi. Pemuda Islam akan menyeru melalui mulutnya, menjadi
tauladan melalui prilakunya, dan berkarakter visioner melalui investasi untuk
bumi. Melakukan investasi untuk bumi merupakan wujud penerapan syariah Islam,
bukan?!
Investasi untuk bumi
tidak memberikan kerugian dan bahkan menguntungkan generasi selanjutnya.
Sederhananya ialah mengubah sedikit pola pikir dan kebiasaan praktis nan
instan, ke arah yang melestarikan kehidupan bumi. Bentuknya adalah
menginvestasikan pikiran dan tenaga pada kegiatan melindungi bumi dari polusi,
efek rumah kaca, ketamakkan manusia, cengkraman raksasa ekonomi industri dan
sebagainya mulai dari diri sendiri, yakni diri pemuda Islam!
Pemuda Islam sebaiknya
tertarik pada isu lingkungan dan turut mempelajarinya. Kemudian, pengetahuan
yang didapat harus diwujudkan ke dalam tindakan. Misalnya, memakai dua sisi
kertas secara optimal kemudian mendaur ulang, menggunakan sapu tangan daripada
tisu, menggunakan tas belanja dari kain, memilah sampah berdasarkan jenis
organik dan anorganik, mencabut alat elektronik yang tidak terpakai,
menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk perjalanan dekat, dan kegiatan 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) lainnya.
Tindakan-tindakan tersebut berguna untuk membiasakan diri pemuda itu sendiri.
Setelah pembiasaan itu
menjadi karakter yang melekat, maka pemuda wajib menyebarluaskan dan
mempengaruhi orang lain untuk kembali arif pada alam. Pemuda Islam dapat
membentuk konsolidasi melalui komunitas pecinta lingkungan, komunitas pengguna
tas kain, komunitas dakwah peduli bumi, dan sebagainya. Melalui komunitas ini,
pemuda dapat melaksanakan diskusi dalam forum kecil maupun besar, melakukan
penyuluhan dari pintu ke pintu, membuat publikasi massa melalui media offline dan online, atau memberdayakan masyarakat untuk menambah perekonomian
mereka dengan membuat industri tas kain yang ramah lingkungan. Itulah sedikit
bentuk kontribusi nyata dari pemuda.
Efek dari
penyebarluasan itu bagai efek domino yang positif. Efek domino akan terjadi
jika pertama, pemuda memiliki keyakinan bahwa tindakan investasi bumi adalah
investasi pahala baginya. Sebutlah amal jariyah yang mengaliri pahala dari
orang-orang yang berubah karena kerja kerasnya. Kedua, pemuda Islam senantiasa
bersabar dalam menyeru dan bersyukur atas pencapaian misi pelestarian bumi.
Apalagi, mengingat semangat dan daya juang pemuda adalah puncak dari fase usia.
Maka tak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan pemuda. Ia meyakini bahwa
kegagalan maupun kesuksesan adalah proses belajar. Syaroful fata fi ilmihi
wa adabihi (keunggulan pemuda terletak pada
ilmu dan adabnya).
Setiap bidang
keilmuauan maupun keahlian masing-masing pemuda dapat menjadi lahan investasi
untuk bumi. Misalnya, pemuda yang menggeluti bidang kedokteran hewan dapat
berperan menjaga perpusatakaan hidup di alam dengan moralitas dan
kecerdasannya. Bayangkan jika keanekaragaman hayati di bumi ini terganggu
keseimbangannya. Bisa dipastikan anak cucu kita kelak tidak mengenal secara
langsung spesies-spesies hayati. Sebab, perpustakaan hidup itu telah kita bakar
secara teratur! Selain itu, pemuda yang menggeluti bidang teknologi informasi
dapat mensosialisasikan informasi go
green kepada masyarakat luas. Ingatkah
betapa masyarakat digital mampu melakukan aksi sosial yang massif pada kasus
cintai produk dalam negeri ataupun koin-koin kemanusiaan?!
Selain itu,
pemuda-pemuda yang berkecimpung langsung pada bidang pendidikan dapat
membelajarkan dan menjadi tauladan bagi generasi mungil kita. Mengingat
pendidikan secara dini mampu mengarahkan karakter dan moral dengan efisien.
Serta peran-peran krusial pemuda calon pengambil kebijakan publik terhadap
renovasi moral dan investasi bumi. Semua peran pemuda di masing-masing bidang
dapat direfleksikan pada tujuan awal Allah menciptakan manusia di muka bumi
ini: Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku (Az-Zariyat [51]:56).
Setiap perbuatan
manusia kelak akan dimintai pertanggung-jawabannya pada pengadilan Allah.
Mungkin kita tidak sadar atau bahkan sadar telah menzalimi bumi.[3]
Namun, pada dasarnya manusia hanyalah menzalimi dirinya sendiri. Itulah mengapa
manusia dikhawatirkan oleh malaikat atas kerusakan-kerusakan yang bakal
tercipta di bumi. Namun, Allah menepis kekhawatiran itu dengan memberikan
kesempatan pada segolongan manusia untuk menjadi khalifah[4],
yakni pemakmur, bukan perusak! Itulah yang menjadi pembeda bagi hambanya
sebagai tiket menuju Jannah-Nya. Oleh karena itu, pemuda Islam dengan melakukan
renovasi moral akan menjadi awal yang baik menuju investasi bumi!
Komentar
Posting Komentar