Aku kagum pada pria Papua
Kisah
Pertama:
Mondar-mandir
tubuh mungil dengan rambut kriting cepak bersinglet army man di sekitar rak
detergen dan aneka popok segala usia. Aku yang tengah mengumpulkan bahan
penganan untuk beberapa hari ke depan berhenti sejenak mengamati sang bocah.
Kupikir ia anak pemilik toko kelontong ini. Lantas aku lanjutkan mencari-cari
roti sobek dengan tanggal kadaluarsa terlama. Dirasa cukup, aku menuju kasir.
Saat
kasir tengah menghitung belanjaanku, ekor mataku menangkap hal serupa. Rupanya
anak tadi masih mondar-mandir di tempat yang sama. Kuamati ia dengan seksama.
Mungkinkah ia pengutil? Akhirnya mataku dan matanya beradu. Kelereng cokelat!
Jernih dan membuat wajahnya manis sekali. Ia anak Papua dengan senyum terindah
yang pernah kujumpai... Aku menyunggingkan seulas senyum padanya. Lantas suara
kasir memecah keterpanaanku.
"Dek,
cari apa?"
"Pampers."
Ya
Allah. Aku baru sadar setelah melirik keberadaan pampers yang ada di rak bagian
atas. Tentu saja bocah tersebut sulit menggapainya. Ia hanya kebingungan dan
mungkin berusaha mencari cara menggapainya sendiri tanpa meminta bantuan orang
lain. Kemudian, kasir melanjutkan...
"Lagi
habis e. Adanya yang ukuran M. Mau?"
Eits...si
kasir seperti telah mengenal kebiasaan tuh bocah. Hmmm. Yang ditanya malah
nambah bingung dan diam saja.
"Coba
ditanya mamanya dulu yah. Mau ga yang M."
Tanpa
pikir panjang si bocah bergegas ke luar toko dan berlari. Aku mengamati
punggungnya yang kecil berguncang dengan kaki-kaki kecil yang gesit berlari. Ia
berlari lurus cukup jauh dari toko sampai bayangannya benar-benar hilang di
tikungan.
"Anak
itu memang suka belanja sendiri mb." Suara Kasir menjawab kebingunganku.
Mungkin
saja ia membantu ibunya membelikan popok untuk adiknya. Mungkin si ibu tengah
repot memasak atau mengurusi sang adik. Sebab ukuran popok tidak sesuai
pesanan, ia mencoba melakukan klarifikasi pada ibunya dulu dengan segera pulang
ke rumah dan berniat membeli dengan ukuran lain, setelah mendapat acc dari sang
ibu. Ia berlari kencang agar sang adik segera memakai popok dan tidur lelap...
Mandirinya
Anak itu, maafkan kakak sempat suudzon..
Kisah
Kedua :
"Maaf pak ga usah pakai plastik
buat ngebungkus loteknya. Pakai ini saja." Aku menyodorkan tas
kain kecil pada penjual lotek.
"Pakai ini saja mb...kan ini
hak mb." Buru-buru sang penjual mengembangkan plastik hendak memasukkan
bungkus lotek.
"Tidak pak. Ini saja!"
Lanjutku dengan tegas dan santun.
tiba-tiba... pria Papua yang
diperkirakan tengah ambil S2 di UGM berkata:
"Wah, bagus itu pak kalau pakai
tas kain! Biar menyelamatkan lingkungan dari plastik. Kita juga kalau beli
apa-apa pakai tas kain..."
Sang penjual bengong sejenak. Mungkin
menalarkan antara hak bungkus plastik bagi pembeli loteknya dengan isu
lingkungan yang barusan didengarnya.
Si penjual hanya bilang:
"Ooo"
Aku kemudian pamit pada
penjual dan pria Papua itu dengan rasa kagum. Dalam hati, aku harus menebar
kebiasaan ini pada banyak orang...
Komentar
Posting Komentar