Strawberry Generation


“Mengubah generasi rapuh menjadi generasi tangguh” adalah tagline yang dipakai penulis dalam meprovokasi pembaca agar setiap anak berhak keluar dari perangkap-perangkap yang dapat membuat mereka rapuh. Anak-anak saat ini disebut penulis sebagai Strawberry Generation yang dikupas alasan pelebelan tersebut di dalam pengantar dan ditegaskan kembali di akhir bab.

Pada awal bab, penulis memaparkan tentang mindset yang terbagi menjadi dua: growth mindset yang siap berubah dan fixed mindset yang merasa sudah selesai dengan perubahan. Growth mindset menjadi kelompok yang ideal karena pintar yang kita butuhkan bukanlah pintar yang sudah selesai, melainkan yang di-setting untuk tumbuh (h.9). Keterbukaan dalam menerima dan melakukan perubahan menjadi salah satu faktor penentu seseorang bisa lolos dari wawancara kerja.

Pelabelan selanjutnya untuk Strawberry Generation adalah generasi wacana. Anak-anak yang mudah galau dan selalu galau akan melahirkan generasi wacana. Seperti galau mau masuk kuliah jurusan apa setelah lulus sekolah menengah, akibatnya banyak yang salah ambil jurusan. Setelah lulus kebanyakan hanya mampu berwacana. “Ribut melulu, paling jauh cuma bisa buat heboh di media sosial, membuat meme, tapi tidak berani bertindak” (h.29).

Kebanyakan, di sepertiga bagian buku, penulis menghujani pembaca dengan kenyataan-kenyataan yang lumayan pahit. Seperti, Sarjana kertas, sumbu pendek, generasi wacana, orang dewasa dalam bentuk mini. Tidak lain dan tidak bukan supaya pembaca terprovokasi untuk mengubah mindset agar bertindak lebih rilex tapi efektif, lebih nyata dan terbuka.


Di dua per tiga pembahasan sisanya, penulis menyajikan bagaimana agar labelisasi generasi saat ini menjadi lebih berdaya. Karena latar belakang penulis adalah ekonomi, tulisannya banyak dipengaruhi pada pandangan akan kemajuan ekonomi secara global. Meskipun keahliannya di bidang ekonomi, penulis juga mengkritik dunia pendidikan Indonesia yang masih perlu diperbaiki. Terutama pendidikan di abad 21 yang mengalami disrupsi.

Seperti biasa, Rhenald Kasali memiliki ciri khas dalam setiap tulisan-tulisannya. Sarat dengan kalimat-kalimat motivasi dan cukup bernas. Saya sampai dapat ilmu manajemen ekonomi nya Vilfredo Pareto yang terkenal dengan prinsip 80/20. “Sebanyak 80 persen hasil ternyata diperoleh hanya dari 20 persen usaha” (h.195). Persentase ini berlaku pada hampir semua aspek kehidupan. Contohnya begini, dari semua penonton TV, hanya 20 persen yang tahu bagaimana memanfaatkan TV untuk berkarya sedangkan sisanya masih memanfaatkan TV sekadar hiburan. “Soal distribusi kekayaan, ternyata sebanyak 80 persen dikuasai hanya oleh 20 persen warga dunia sedangkan 80 persen masyarakat dunia memperebutkan 20 persen kekayaan yang tersisa” (h.195).

Buku ini memang didesain dibaca saat santai untuk mengisi waktu luang dalam mencari inspirasi karena tiap bab ditulis dengan singkat. Seperti ketika kita sedang membaca opini di koran. Buku ini menjadi seperti rangkuman dari gagasan Rhenald Kasali yang ditulis ke dalam buku yang lebih tebal. Kamu bisa cari tahu karya-karya yang lainnya. Kebaruan dalam buku ini terletak pada gagasan penulis mengenai Strawberry Generation.

Judul Buku : Strawberry Generation
Penulis : Rhenald Kasali
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : Oktober 2017 (Cetakan Ke-3)
Jumlah Halaman : xii + 279
Peresume : Novi Trilisiana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)