The Good Father



Sekitar 9 ayah beretnis Afrika Amerika dijadikan sebagai subjek penelitian mengenai bagaimana peran mereka terhadap pencapaian pendidikan anak-anak kandung maupun angkat. Malahan ada ayah yang berperan sekaligus sebagai seorang kakek. Rata-rata usia mereka adalah 44 tahun dengan enyaman pendidikan yang bervariatif. Mereka juga diidentifikasi berdasarkan total penghasilan per tahun. Selain umur, pendidikan, dan penghasilan, para ayah diidentifikasi berdasarkan jumlah anak biologis dan anak angkat. Kecuali 1 ayah, para ayah lainnya memiliki baik anak biologis maupun anak angkat. Status pernikahan sang ayah didominasi menikah sedangkan 2 orang ayah telah menjadi single fighter. Jumlah anak yang dimiliki ayah-ayah Afrika yang lahir di Amerika ini ternyata banyak. Ada 3 ayah yang memiliki anak di atas 10 orang. 
Sumber gambar: rumahkeluargaindonesia.com

 Data didapat melalui qualitative interviewing yang dilakukan secara intensif dan mempertimbangkan juga aspek-aspek nonverbal. Penelitian yang dilakukan Ransaw pada awalnya dilatarbelakangi atas keingintahuan pada bagaimana ayah berkulit hitam memandang maskulinitas. Selanjutnya, maskulinitas ayah tersebut ditangkap maknanya oleh peneliti sebagai sosok yang bertanggung jawab dan peduli pada anak-anaknya. Pandangan maskulinitas bahwa ayah tidak menyentuh ranah pengasuhan anak dan sekadar memberikan suplai kebutuhan material, tidak berlaku pada ayah-ayah beretnis Afrika.
Terutama pada bagaimana ayah memberikan dukungan pada pencapaian pendidikan anak-anaknya. Mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam pembiayaan tetapi juga pendidikan karakter. Tema-tema yang ditemukan peneliti berkaitan dengan peran ayah dapat dibagi menjadi tiga: Guidance, feelings, challenges. Tema guidance didiskusikan sebagai peran ayah dalam membimbing anak-anak. Para ayah Afrika senang jika selalu bersama anak dan sangat intens memberikan pengertian dan nasihat. Mereka juga menerapkan peraturan yang ketat pada konsumsi TV. Waktu-waktu yang tidak akan disia-siakan dalam membimbing anak adalah saat makan bersama maupun saat mengendarai mobil mengantar anak-anak ke sekolah. Para ayah senang melakukan diskusi tentang bagaimana aktivitas pertemanan para anak beserta aktivitas belajar mereka di sekolah.
Tema feelings didiskusikan bagaimana hubungan pertalian antara ayah dan anak yang melibatkan emosi keduanya. Para ayah menunjukkan rasa cinta mereka didominasi dengan cara langsung bukan sekadar kata-kata. Misalnya, ada seorang ayah yang rela berhenti merokok dan minum marijuana sebagai strategi untuk menjalin kedekatan dengan putrinya. Para ayah mengakui agar pertalian di antara keduanya kuat dengan sering-sering berinteraksi secara berkualitas, memberikan dukungan, dan saling memberikan perhatian satu sama lain. Dengan melakukan hal-hal demikian, anak akan menjadikan ayahnya sebagai tempat pertama yang aman untuk menangis dan meminta perlindungan dari situasi yang buruk. Hal yang menarik didapatkan oleh seorang ayah yang single fighter di hari ibu. Ia mendapatkan kartu ucapakan khusus dari anak-anaknya. Temuan ini menggambarkan bahwa ayah memberikan dukungan emosional yang membuat anak menjadi percaya dan hubungan mereka dikategorikan dekat.
Tema challanges didiskusikan sebagai tantangan menjadi ayah bagi pandangan ayah berkulit hitam. Tinggal di Amerika sebagai imigran tentu memiliki tantangan tersendiri, akan tetapi berusaha menjadi superhero bagi anak-anaknya menjadi tantangan yang lebih menantang. Seperti yang dialami ayah yang tetap giat bekerja meskipun memiliki putri yang mengidap tumor ganas. Bagi ayah ini, kesehatan anak adalah nomor satu akan tetapi pendidikan anak juga tidak boleh dilupakan. Walaupun sedihnya bukan main membersamai anak yang berjuang dengan penyakitnya, ayah tetap mendukung putrinya sampai sekarang bisa sekolah di perguruan tinggi.
Tantangan selanjutnya bagi ayah adalah komunikasi. Kesibukkan ayah bekerja membuat ayah terkadang harus terpisah jarak dengan anak. Ayah biasanya akan melakukan komunikasi lewat telepon maupun videocall. Ada ayah yang selalu mengabari anak-anaknya apabila akan pulang ke rumah terlambat. Selanjutnya adalah tantangan terhadap media yang beredar seperti TV. Hampir semua ayah dalam penelitian ini tergolong berhat-hati dalam aturan menonton TV. Pengaruh negatif media perlu diminimalisir.
Ketiga tema di atas berkaitan erat dalam upaya ayah menyukseskan pendidikan anak. Upaya tersebut diterjemahkan sebagai peran ayah yang dianggap baik dalam mendukung pencapaian pendidikan bagi anak. Peran ayah tersebut berlangsung hingga anak-anak tamat perguruan tinggi. Bagi ayah, identitas maskulin ditunjukkan melalui hubungan yang kuat terhadap peran ayah pada keberhasilan pendidikan.
Bagaimana yah kalau di Indonesia? [NT-Jogja]

Judul     : The Good Father: African American Fathers Who Positively Influance the Educational Outcomes of Their Children
Penulis : Theodore Ransaw
Nama Jurnal       : SPECTRUM
Volume/No        : 2/2
Tahun Terbit      : Spring 2014
Jumlah Hal.        : 26
Penerbit              : Indiana University Press
Laman akses      : http://jstor.org
Peresume           : Novi Trilisiana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)