Buku Dari Lembah Cita-cita

Kemerdekaan adalah cita-cita setiap orang, tak terkecuali anak bangsa Indonesia. Pasca kemerdekaan Indonesia dari penjajahan imperialisme/kolonialisme, pemuda-pemuda harus tetap berpendirian dan berjuang. Tema kemerdekaan inilah yang barangkali mengusik HAMKA memberikan ceramah kepada para pemuda untuk tidak terlena dan kembali menyusun cita-cita.

sumber gambar: www.imgrum.org

Buku ini tipis dan kecil tetapi ia berisi gagasan kenegaraan yang mutakhir. Ia mutakhir bukan karena memisahkan urusan negara dengan agama tetapi negara mengurusi kebutuhan publik pada agama. Kembali menyeru kontribusi pemuda Islam untuk memperbaiki tauhid, banyak membaca buku dan alam, dan berjuang demi madaninya sebuah negeri. Pemuda harus punya pendirian meskipun berbeda dengan pendapat penguasa yang zalim. Sebagaimana Socrates yang tetap tidak gentar meskipun tervonis hukuman mati karena memilih percaya pada Tuhan yang Esa, sementara masyarakat pada saat itu, tidak percaya pada Tuhan. Yah, banyak yang bisa dibaca dari buku ini untuk meningkatkan ghirah kebangsaan.

“Pemuda kembali diseru agar jangan mudah mengeluh dan putus asa ketika melihat kejahatan terbentang di matanya. Kalau tidak ada kejahatan, mana orang tahu memilih kebajikan. Kalau tidak ada kejahatan, dimana akan dapat dibuktikan bahwa setan itu ada.” (h.81-82) Saya jadi teringat pertanyaan yang diajukan seseorang kepada Wirda Mansur tentang mengapa Allah bersifat Rahman dan Rahim tetapi tidak memasukkan semua manusia ke dalam surga melainkan ada yang ke neraka. Jawaban Wirda mungkin tidak seformal yang saya ketik sih. Pada intinya, ia menjawab bahwa kita tidak boleh lupa pada sifat Allah yang lain, yaitu Adl (Maha Adil). Akan terasa tidak adil jika Hitler seatap sesyurga dengan Muhammad Saw. setelah apa yang keduanya lakukan di dunia.

Jika dilihat dari layout bukunya, telah memudahkan pembaca untuk melakukan peninjauan ulang. Ada kotak-kotak yang berisi penegasan maupun rangkuman suatu sub topik buku. Salah satu kotak berisi begini, “supaya pemuda beroleh kemenangan di dalam mencapai segala cita-citanya, hendaklah ia mempunyai dada yang lebar, pahaman yang luas, dan memandang dunia jangan dari segi buruknya saja (pesimis-tasyaum), hendaklah dipandangnya juga dari segi baiknya (optimis-tafaul)” (h. 79). Akhirnya, membaca buku Hamka yang satu ini menginsyafi siapa saja untuk kembali bertanya seberapa besar kontribusi yang telah diberikan pada tanah air.[NT-Jogja]


Judul Buku : Dari Lembah Cita-cita
Penulis : Prof. Dr. HAMKA
Penerbit : Gema Insani Press, Jakarta
Tahun Terbit : 2016
Jumlah Halaman : xiv+101
Peresume : Novi Trilisiana


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)