Kamu Keki? Aku mah Kagak


Tahun baru masehi emang selalu bikin keki bagi siapa aja yang ga kumpul bareng keluarga. Aku sendiri emang terlampau menyikapi secara biasa untuk kemudian tidak disebut keki tiap tahunnya. Aku ga peduli dengan rutinitas tahunan kebanyakan orang yang nahan ga tidur untuk niup terompet atau sekadar melihat kembang api di loteng rumah. Aku juga ga peduli kalau malam 1 Januari kudu bakar jagung atau bakar ayam. Asal ga bakar rumah aja! Kalau yang satu ini kudu respect dengan cepat dong. Menurutku, jauh lebih penting adalah ikut merasakan kebersamaan dengan keluarga di hari libur panjang ini yang secara rutin terjadi ketika natal dan tahun baru. Bayangin deh nasibku, hanya 1-2 kali dalam setahun baru bisa pulang kampung. Saat libur lebaran idul Fitri atau libur semester ganjil. Di sinilah yang bikin ngiri, kebanyakan anak kos yang rumahnya relatif mudah dijangkau senantiasa mudik kapanpun ada kesempatan, salah satunya yah…pas tahun baru ini.
Di malam tahun baru tinggalah di kos, aku yang nahan kantuk membaca buku, dua orang Lombok kakak beradik entah ngapain, seorang Gorontalo yang mungkin berkutat dengan rumus dan sedang ditonton TV nya sendiri, seorang Solo yang tengah sibuk ngerjain tugas sembari mendengarkan musik, serta seorang Temanggung yang lagi fokus skripsi yang berkali-kali tergoda untuk membuka Facebook. Kami berenam tetap dalam kamar masing-masing. Aku sendiri membiarkan pintuku tertutup karena suasana di luar gerimis. Sementara itu, separuh lainnya mudik dan merayakan tahun baru di kos teman. Kami penghuni kos memang tidak ada acara khusus untuk berkumpul bersama sekadar nonton bareng, masak bareng atau makan gorengan hasil beli di warung seberang. Lagi pada ga luang mungkin. Emang ada sih yang usul bebakaran. Hanya saja kutanggapi menggantung. Waktu itu keinginan besarku adalah kumpul bareng keluarga inti! Yang lain bagiku terasa hambar. Hehe
Hingga pukul 21.00, aku lalu merebahkan diri di kasur yang sebelumnya beberapa kali tak sadar tertidur tertunduk di atas buku. Dalam pembaringan, aku membayangkan keluarga di rumah pun sedang berbaring. Bedanya, mereka pasti lagi berbaring di ruang nonton TV sembari makan empek-empek dan ngobrol-ngobrol. Sedangkan, aku sendiri, ga ada makanan, dan ga di depan TV. Meski ngenes, yah syukuri aja deh…
Baru pukul 23.00 aku terbangun lagi. Di luar masih saja gerimis. Seharusnya suasana yang adem itu, membuatku tertidur pulas. Nyatanya, nyaring terompet tetangga lebih peka dari jam-jam sebelumnya. Belum juga pukul 00.00, demen amat sih niup terompet! Batinku sembari aku beringsut dari ranjang hendak membasuh muka. Biar makin ga keki, akhirnya kuputuskan merapikan sedikit berkas-berkas di tahun 2012, menandai kalender 2013 pada tanggal-tanggal penting, serta kembali membaca. Terkadang aku senyum sendiri manakala kuingat kejadian lucu dan menyenangkan di tanggal yang kulingkari di tahun 2012. Atau aku akan tiba-tiba merengek ketika kuingat kejadian konyol dan memalukan terjadi padaku. Namun, aku akan terharu sedih layaknya seorang melankolis saat mengenang suatu kejadian menakjubkan. Yak, membolak-balik kalender sendiri ibarat melihat ulang kejadian pribadi di waktu lampau kan?!
 Kemudian, hal yang kulakukan di tengah malam itu adalah… Bukan! Bukan menulis rencana atau resolusi di tahun 2013, kawan! Karena sebelumnya aku sudah menuliskannya di tahun baru hijriah. Namun, yang kulakukan adalah aku menghidupkan mp3 dan memasang headset untuk mendengarkan Lembayung Bali_ lagu lawas dari Rusmi, temanku. Lalu melanjutkan bacaanku yang mesti kutuntaskan pekan ini. Kali ini mataku benar-benar awas dan tak khawatir untuk kembali tertidur, kecuali bila aku benar-benar berniat tidur lagi. Sementara itu, di lantai dua, beberapa teman kos antusias menyaksikan kembang api yang terbentuk meriah di langit mendung. Yups 00.00 telah tiba. Sayangnya lukisan bunga api di kanvas malam tak bertahan lama seperti biasanya. Ia kalah akan gerimis yang jatuh berkala. Sayangnya pula, aku memilih mengurung diri sok-sok berbahagia dengan aktivitasku sendiri dan tak memperdulikan riang orang sekitar, menyambut hari baru di tahun yang baru. Meski sedih tak berkumpul dengan keluarga, hari-hari selanjutnya mesti disikapi seperti biasanya, kan?! Kadang sok-sok tegar emang penting juga…
Inilah caraku agar tidak keki di tahun baru masehi. Tak perlu cemburu terlalu ketika yang lain di pangkuan ibu. Apalagi harus mengeluarkan kocek yang lumayan ketika yang lain masih tak mapan. Tetaplah jalani hari secara bergairah yang terkadang orang lain drop karena termakan amarah. Jadi, tetaplah bertahan walau sebenarnya benar-benar tak tahan…

Komentar

  1. hehe, iri sama kamu nov, masih begitu produktif di blog,mu ini. sedangkan saya masih banyak memikirkan hal hal yg tidak penting sebetulnya. segera menyusul untuk aktif lagi di blog.. semangat kawan untuk memberi insipratif. yutha ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)