Dear Bro...


Aku ga bisa bayangin betapa senangnya orangtua ku mendengar kabar: Kakakku akan diwisudah akhir Maret ini. Mereka akhirnya melepas masa penantian yang panjang tentu dengan linangan air mata doa. Meskipun mereka ga menampakkannya, aku tetap merasakannya…

Kami sekeluarga menaruh harap pada kakak sulung-ku untuk diwisuda tepat setelah aku masuk kuliah. Kenyataannya, waktu nampaknya belum memungkinkan. Kami pun berharap ia akan merampungkan Tugas Akhir dan skripsinya setelah aku beranjak semester 2. Namun, ia belum juga pendadaran. Kemudian, kami berharap ia akan menuntaskan semuanya setelah aku beranjak semester 3 atau 4. Namun, harapan kami belum sampai jua. Kami dijanjikan menunggu sampai 1 semester ke depan. Harapan memang tinggal harapan….Ia pun mangkir menuntaskannya saat aku hampir menyelesaikan kuliah semester 5. Kini ia benar-benar dalam bayang-bayang DO (Drop Out). Sebab, Ia tengah menyandang status mahasiswa tahun ke-8!

Aku pernah mendengar desas-desus orang lain bahwa kuliah di fakultas teknik, mahasiswanya membutuhkan waktu lama untuk lulus. Hanya sedikit mahasiswa yang lulus tepat waktu. Entahlah, selentingan itu seolah diamini oleh kakakku. Ia langgeng saja menjalankan kesantaiannya…

Sebagai seorang mahasiswa Teknik Elektro di PTS swasta Yogyakarta, ia pasti mendapat banyak tuntutan dan tekanan baik dari hati nuraninya dan orang lain. Namun, ia masih saja tampak santai. Pernah suatu ketika ketika kami mudik, ibuku membandingkan dirinya dengan Kak X-sahabat satu daerah, berjurusan sama dengannya. Kala itu, ia berstatus sebagai mahasiswa tingkat 6. Ibu bilang:

“Si X sekarang sudah mulai studi S2-nya lho…Ayolah segera diselesaikan S1-mu…”.
Lalu kakak membela dirinya dengan “Soalnya dia kan… anak BEM. Jadi, deketlah sama dosen-dosen. CP-CP gituh. Lagi pula TA nya dibuatkan orang lain lho, Ma….”.
Aku yang duduk di ruang lain ikut nimbrung: “Kok tahu TA nya dibuatkan, kak?”
“Aku tahu dari dia sendiri kok…Terus ketika ditanya dosen penguji tentang isi skripsi, jawabannya ada yang rancu. Dosen penguji jadi curiga terus ditanyain deh hal-hal sepele seperti letak halaman dsb…temanku ga bisa jawab..”
“Terus, kok dia bisa lulus?” Pancingku
“Mana kutahu…”
“Wah, gossip tuh…”
“Suer, dia yang bilang sendiri kok.”
“Kalau gitu, kamu minta bantu buat skripsinya ke yang ahli dong” Sambar ibuku tiba-tiba.
Aku jadi kaget, ibuku berkata demikian. Untunglah kakaku mengatakan sesuatu yang bersinar yang membuatku kagum padanya. Kakaku yang bukan aktivis kampus, apalagi aktivis dakwah, kakaku yang masih suka nonton kartun di hari minggu, kakaku yang kadang ogah-ogahan disuruh sholat ke masjid, mengatakan:
“Lebih baik aku mengerjakan TA dan skripsiku sendiri ketimbang minta buatin orang lain!”

Menurut catatan hasil studinya, kakaku adalah mahasiswa yang memiliki IPK di atas 3. Aku mahfum pada kesungguhannya belajar di TE. Aku dengar desas-desus orang, kalau kakaku ini menjadi tempat bertanya teman-temannya. Percayalah aku akan selentingan itu… Sebab, ia sendirilah yang memilih jurusan tsb. Padahal orangtua kami sangat tidak setuju. Selain, kakaku berniat merantau mereka ingin kakak lanjut ke Sekolah Tinggi Perhubungan yang bisa langsung dapat kerja. Namun, kakaku yang keras kepala tetap kekeh pada pendiriannya. Meskipun, aku melihat linangan air mata pada pipi ibu.
….

Kini, usailah sudah penderitaan dan perjuangannya pada bangku kuliah! Sebentar lagi ia akan diwisudah!^^ Masa studinya sekitar 7 tahun 8 bulan. Meskipun, perjuangannya masih panjang dalam melukiskan kanvas-kanvas kehidupan. Aku tahu, usai kuliah, semua sarjana pasti akan memasuki masa galau. Galau akan pekerjaan, pendidikan, pernikahan atau masalah kompleks lainnya. Namun, aku melihat kesungguhannya untuk membangun industri penyulingan minyak astiri. Aku akan membantumu, kak..sejauh aku mampu. Tentu aku akan menyemangatimu! Percayalah…
….

Sebenarnya aku menuliskan kisah ini ketika aku merasakan benih-benih kerinduan. Aku telah merasa rindu pada kakaku sekarang..padahal ia belum meninggalkan Yogyakarta. Entah takdir Allah menentukan bagaimana: Apakah ia akan tetap di Yogya atau Lampung atau tempat yang lainkah… Aku memiliki firasat ia akan jauh dariku. Tidak lagi dekat sekarang (meskipun kami tidak 1 rumah lagi selama 2 tahun terakhir). Namun, aku bukan apa-apa tanpanya di Yogya…

Siapa orang yang jadi pertimbangan orangtua untuk melepasakan putrid satu-satunya ke Jogja? Siapa yang telah membimbingku beradaptasi di Jogja? Siapa yang mengantar jemput ku kuliah ketika aku belum punya sepeda atau motor? Siapa yang akan menemaniku ke toko buku, pameran komputer, ke rumah tante Nana? Siapa yang mengantar dan menjemputku ketika aku pulang pergi Lampung-Jogja? Siapa yang akan mereparasi kipas yang rusak, laptop yang neg-hang dan elektronik lainnya? Siapa yang pertama akan kutraktir ke WS ketika aku dapat tambahan rizki? Siapa orang yang paling sering mengunjungiku di kos? Bahkan teman-teman kampusku banyak yang tidak tahu kosku. Siapa yang akan kubagi jatah paket makanan dari Lampung? Tentu orang itu adalah kakaku sendiri…(sungguh aku menangis hebat saat tiba menuliskan paragraph ini).

Pernah aku berpikir aku bisa saja hidup tanpa bantuan kakaku ketika aku pernah merajuk dan marah padanya. Namun, itu tidaklah benar. Aku bukan apa-apa tanpa kakaku yang selalu membimbingku…

Kakaku, aku ga berharap kamu baca tulisanku ini. Sebab, aku tahu kamu ga suka baca blog orang. Hehe Aku juga bakala malu berat kalau kamu baca tulisanku ini. Aku juga ga sanggup menyampaikan perasaanku ini padamu… Aku akan tetap memberikan senyum dengan muka ceria, tanpa menangis sedikit pun ketika harus melepas kepergianmu..

Aku harap kakaku bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan masyarakat… Semoga Allah memberikan hidayah padamu, kak….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Kisah di Balik Pintu (1)