Ketika orang lain bangkit, aku terbelenggu?

Palang rel kereta api menyetopku untuk berapa lamanya, meski aku tahu kereta telah lama berlalu. Aku tak kunjung melaju. Tetap terpaku di atas jok motor dengan muka tertunduk. Aku bingung, bagaimana bisa melaju? Sebab, pandanganku sungguh mengherankan. Setiap kudongakkan kepala, palang tersebut tetap melintang sepanjang aku hendak bergaerak maju, di sisi kanan maupun kiri. Sementara pengendara di samping maupun belakang, terus maju dan mampu menerobos plang yang tiba-tiba menjadi sekadar hologram. Mengapa aku tak kuasa macam mereka? Sudah berjam-jam aku stagnan diselimuti terik matahari. Anehnya, aku tak berkeringat sedikitpun. Dan entah berapa banyak pengendara yang telah mendahului. Mereka tak pula menjawab teriakan minta tolongku. Padahal aku tampak kesusahan di pinggir jalan. Seolah ada dinding pembatas yang tak kuasa kutembus. Namun, aku bukan laksana hologram bagi mereka. Aku nyata kok. Hei, jangan cuekin aku!!! Aku putus asa dan tiba-tiba menangis meraung-raung. Menyesal...