Surat Untuk UNY: Kau Sebut Apa Etika Itu?
Tulisan ini terilhami dari Ema Yunika yg agaknya AKJ (Anak Keren Jakarta)..
Hwehehehe, ssstt kok bawa2 nama Ema.. Peace, Ma!
Assalamu’alaikum, UNY!
Senang bisa menyapumu kembali…
Apa kabar, Uny? Sudah cukup lama juga aku singgah di kampusmu ini. Hampir 1 tahun yah! Beberapa waktu lalu kau merayakan dies natalis yang ke 46. Sudah hampir setengah abad rupanya. Kau semakin tua, yah Ny… Semoga di usiamu yang beranjak tua senantiasa melahirkan banyak pemuda-pemudi harapan bangsa.
Masih kuingat pertama kali kuinjakkan kaki di kampusmu, Ny untuk daftar ulang sebagai mahasiswa baru di salah satu fakultasmu. Fakultas Ilmu Pendidikan yang sudi menampungku hingga masa studiku selesai. Kala itu aku sangat yakin: kaulah kampus terbaik yang Allah pilihkan untukku. Pasalnya, ketika SNMPTN aku juga memilih jurusan yang ada di kampus lain. Ternyata Allah memperkenankanku untuk belajar di tempatmu, Ny! Hingga aku mesti meninggalkan kota kelahiranku di Sumatera sana.
Lembaran baru hidup di Yogyakarta telah kubuka. Aku siap menjadi mahasiswamu dengan segala konsekuensinya. Akan terus kuperjuangkan pendidikan ini demi impianku, Ny! Tahukah kau mimpi besarku? Aku akan ceritakan di lain kesempatan yah. Hei, hei! Jangan sedih. Aku janji akan ceritakan, tetapi ada yang lebih penting yang ingin kusampaikan. Perihal kecemasanku selama kuliah di kampusmu.
Aku dan mahasiswa baru lainnya pernah kau beri buku saku berisikan etika & tata tertib pergaulan mahasiswa di kampus. Kalau tak salah sampul bukunya berwarna kuning dan putih. Ingatkah?
Dalam buku itu, kalau aku tak silap, tertulis definisi etika, yakni pedoman dalam bersikap dan berprilaku yang di dalamnya berisi garis-garis besar nilai moral dan norma yang mencerminkan masyarakat kampus yang ilmiah, edukatif, kreatif, santun, dan bermartabat. Bagus juga yah isinya. Sungguh mulia. Masih ingatkah tata tertib yang kau maksud? Suatu aturan-aturan tentang hak, kewajiban, pelanggaran, serta sanksi bagi mahasiswa sebagai salah satu bentuk pelaksanaan etika mahasiswa UNY.
Semua itu kau buat untuk mencapai visi dan misimu, bukan? Aku catat visi Uny di tahun 2010: mampu menghasilkan insan cendekia, mandiri, dan bernurani. Wah, aku jadi ingat training ESQ yang memadukan antara IQ, EQ, dan SQ. Keren! Tentunya misimu mengikuti visi mulia tersebut ya, kan? Kuharap visi itu tercapai…
Kau juga mengatur sikap dan perilaku dalam buku etika tersebut. Pasal 6 tepatnya, yakni mahasiswa harus memiliki sikap hidup yang religius, jujur, optimis, aktif, kreatif, rasional, mampu berpikir kritis, rendah hati, sopan, mengutamakan kejujuran akademik, mampu menghargai waktu, dan terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Mahasiswa harus mampu mengembangkan iklim penciptaan karya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mencerminkan kejernihan hati nurani, bernuansa pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan.
Mahasiswa harus mampu berperan aktif dalam mewujudkan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih, tertib, dan kondusif. Masih banyak lagi kewajiban-kewajiban makhluk yang bernama mahasiswa. Aku sebagai mahasiswa bertanggung jawab mewujudkan semua itu.
Namun, ada yang janggal di kampus mu, Ny! Aturan-aturan yang general itu agaknya masih belum seutuhnya terlaksana. Aku mengamati itu, kawan! Tengoklah masih banyak mahasiswa yang merokok di areal kampusmu! Ironisnya mengapa kau sediakan banyak asbak rokok? Bukankah sama saja melegalkan merokok? Ini bertolak belakang dengan aturanmu: mewujudkan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih, tertib, dan kondusif. Padahal kutahu kau sangat anti dengan sponsorship rokok masuk ke kampusmu.
Maaf, Uny bila aku sedikit menyalahkanmu…
Aku hanya ingin mengungkap realita di lapangan. Bukan tiada maksud. Tidakkah kasihan kau padaku yang mesti menghirup asap rokok? Itu sangat menderita, Uny! Aku heran mengapa masih banyak orang yang menzalimi dirinya sendiri. Tak tanggung-tanggung orang lain pun kena imbasnya. Jelas ini mengganggu kenyamanan civitas akademikmu. Benarlah bila Allah mengatakan “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.”(Q.S. Yunus: 44)
Uny, kau rajin sekali menempeli tulisan : ‘Terima kasih Anda tidak memakai kaos oblong dan sandal’ di setiap pintu ruang kuliah, perpustakaan, hingga ruang dosen dan dekanat. Selain itu, aku juga senang kau memajang gambar mahasiswa berpakaian yang ideal di sudut-sudut kampus. Kulihat pakaiannya rapi dan sebagian besar orang agaknya sepakat itulah pakaian yang sepatutnya dipakai oleh mahasiswa.
Aku hargai usahamu, Uny…
Begitu kompleks kau mengatur mahasiswa, Ny. Hingga pakaian pun kau perhatikan…
Entah, aku tak tahu bagaimana kau mengatur etika dan tata tertib di kalangan dosen dan birokrat. Uny, aku pernah melihat dosen mengajar menggunakan kaos, dan sandal, bahkan merokok pula. Apakah aturan-aturan buat mahasiswa tidak berlaku bagi dosen? Bagaimana ini bisa terjadi? Kau harus menjelaskannya Uny!
Uny, mengapa mukamu merah padam? Kumohon jangan gusar. Tidakkah kau mengerti ini untuk kebaikan bersama?
Aku sadar teman-temanku masih banyak yang berpakaian dan berperilaku yang tidak kau anjurkan. Ada kesenjangan antar mahasiswa dan dosen disini. Kami membutuhkan tauladan, Ny!
Entah apa yang dipikirkan teman-teman. Mungkinkah buku saku perihal etika dan tata tertib ini tak pernah dibaca? Mungkin pula ada yang belum membukanya sama sekali. Aku harap kau terus menyadarkan kami untuk bisa benar-benar pantas menyandang gelar mahasiswa. Meski berat…
Uny jangan lemas dan psimis begitu?! Aku tahu ini teramat berat bagimu. Aku tahu ini bukan sesuatu yang instan. Aku tahu aku tak pantas hanya beretorika. Uny, aku pun tengah berusaha membenahi diriku. Menyesuaikan diri dengan etika dan tata tertibmu. Setidaknya aku meyakini pribahasa: dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Aku sedikit lega, Uny! Kegelisahanku berkurang sekarang. Maafkan aku yang membuat beban pikiranmu bertambah. Aku percaya kampus ini akan mencetak pemuda-pemudi harapan bangsa yang beretika.
Hei, Uny?! Ada apa denganmu? Kau menangis?!
Uny? Apakah aku salah?
[Seperti biasa...Tulisan ini lahir dari tuntutan AMK KMIP..Duhh duhh tragis bgt gw ni, baru menghasilkan tulisan kok kudu dituntut dulu. ckckckc.]
Btw..titip salam rindu buat Ema, AGJ..eh bukan bukan! AKJ lebih oke!^^
Hwehehehe, ssstt kok bawa2 nama Ema.. Peace, Ma!
Assalamu’alaikum, UNY!
Senang bisa menyapumu kembali…
Apa kabar, Uny? Sudah cukup lama juga aku singgah di kampusmu ini. Hampir 1 tahun yah! Beberapa waktu lalu kau merayakan dies natalis yang ke 46. Sudah hampir setengah abad rupanya. Kau semakin tua, yah Ny… Semoga di usiamu yang beranjak tua senantiasa melahirkan banyak pemuda-pemudi harapan bangsa.
Masih kuingat pertama kali kuinjakkan kaki di kampusmu, Ny untuk daftar ulang sebagai mahasiswa baru di salah satu fakultasmu. Fakultas Ilmu Pendidikan yang sudi menampungku hingga masa studiku selesai. Kala itu aku sangat yakin: kaulah kampus terbaik yang Allah pilihkan untukku. Pasalnya, ketika SNMPTN aku juga memilih jurusan yang ada di kampus lain. Ternyata Allah memperkenankanku untuk belajar di tempatmu, Ny! Hingga aku mesti meninggalkan kota kelahiranku di Sumatera sana.
Lembaran baru hidup di Yogyakarta telah kubuka. Aku siap menjadi mahasiswamu dengan segala konsekuensinya. Akan terus kuperjuangkan pendidikan ini demi impianku, Ny! Tahukah kau mimpi besarku? Aku akan ceritakan di lain kesempatan yah. Hei, hei! Jangan sedih. Aku janji akan ceritakan, tetapi ada yang lebih penting yang ingin kusampaikan. Perihal kecemasanku selama kuliah di kampusmu.
Aku dan mahasiswa baru lainnya pernah kau beri buku saku berisikan etika & tata tertib pergaulan mahasiswa di kampus. Kalau tak salah sampul bukunya berwarna kuning dan putih. Ingatkah?
Dalam buku itu, kalau aku tak silap, tertulis definisi etika, yakni pedoman dalam bersikap dan berprilaku yang di dalamnya berisi garis-garis besar nilai moral dan norma yang mencerminkan masyarakat kampus yang ilmiah, edukatif, kreatif, santun, dan bermartabat. Bagus juga yah isinya. Sungguh mulia. Masih ingatkah tata tertib yang kau maksud? Suatu aturan-aturan tentang hak, kewajiban, pelanggaran, serta sanksi bagi mahasiswa sebagai salah satu bentuk pelaksanaan etika mahasiswa UNY.
Semua itu kau buat untuk mencapai visi dan misimu, bukan? Aku catat visi Uny di tahun 2010: mampu menghasilkan insan cendekia, mandiri, dan bernurani. Wah, aku jadi ingat training ESQ yang memadukan antara IQ, EQ, dan SQ. Keren! Tentunya misimu mengikuti visi mulia tersebut ya, kan? Kuharap visi itu tercapai…
Kau juga mengatur sikap dan perilaku dalam buku etika tersebut. Pasal 6 tepatnya, yakni mahasiswa harus memiliki sikap hidup yang religius, jujur, optimis, aktif, kreatif, rasional, mampu berpikir kritis, rendah hati, sopan, mengutamakan kejujuran akademik, mampu menghargai waktu, dan terbuka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Mahasiswa harus mampu mengembangkan iklim penciptaan karya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang mencerminkan kejernihan hati nurani, bernuansa pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan.
Mahasiswa harus mampu berperan aktif dalam mewujudkan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih, tertib, dan kondusif. Masih banyak lagi kewajiban-kewajiban makhluk yang bernama mahasiswa. Aku sebagai mahasiswa bertanggung jawab mewujudkan semua itu.
Namun, ada yang janggal di kampus mu, Ny! Aturan-aturan yang general itu agaknya masih belum seutuhnya terlaksana. Aku mengamati itu, kawan! Tengoklah masih banyak mahasiswa yang merokok di areal kampusmu! Ironisnya mengapa kau sediakan banyak asbak rokok? Bukankah sama saja melegalkan merokok? Ini bertolak belakang dengan aturanmu: mewujudkan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih, tertib, dan kondusif. Padahal kutahu kau sangat anti dengan sponsorship rokok masuk ke kampusmu.
Maaf, Uny bila aku sedikit menyalahkanmu…
Aku hanya ingin mengungkap realita di lapangan. Bukan tiada maksud. Tidakkah kasihan kau padaku yang mesti menghirup asap rokok? Itu sangat menderita, Uny! Aku heran mengapa masih banyak orang yang menzalimi dirinya sendiri. Tak tanggung-tanggung orang lain pun kena imbasnya. Jelas ini mengganggu kenyamanan civitas akademikmu. Benarlah bila Allah mengatakan “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.”(Q.S. Yunus: 44)
Uny, kau rajin sekali menempeli tulisan : ‘Terima kasih Anda tidak memakai kaos oblong dan sandal’ di setiap pintu ruang kuliah, perpustakaan, hingga ruang dosen dan dekanat. Selain itu, aku juga senang kau memajang gambar mahasiswa berpakaian yang ideal di sudut-sudut kampus. Kulihat pakaiannya rapi dan sebagian besar orang agaknya sepakat itulah pakaian yang sepatutnya dipakai oleh mahasiswa.
Aku hargai usahamu, Uny…
Begitu kompleks kau mengatur mahasiswa, Ny. Hingga pakaian pun kau perhatikan…
Entah, aku tak tahu bagaimana kau mengatur etika dan tata tertib di kalangan dosen dan birokrat. Uny, aku pernah melihat dosen mengajar menggunakan kaos, dan sandal, bahkan merokok pula. Apakah aturan-aturan buat mahasiswa tidak berlaku bagi dosen? Bagaimana ini bisa terjadi? Kau harus menjelaskannya Uny!
Uny, mengapa mukamu merah padam? Kumohon jangan gusar. Tidakkah kau mengerti ini untuk kebaikan bersama?
Aku sadar teman-temanku masih banyak yang berpakaian dan berperilaku yang tidak kau anjurkan. Ada kesenjangan antar mahasiswa dan dosen disini. Kami membutuhkan tauladan, Ny!
Entah apa yang dipikirkan teman-teman. Mungkinkah buku saku perihal etika dan tata tertib ini tak pernah dibaca? Mungkin pula ada yang belum membukanya sama sekali. Aku harap kau terus menyadarkan kami untuk bisa benar-benar pantas menyandang gelar mahasiswa. Meski berat…
Uny jangan lemas dan psimis begitu?! Aku tahu ini teramat berat bagimu. Aku tahu ini bukan sesuatu yang instan. Aku tahu aku tak pantas hanya beretorika. Uny, aku pun tengah berusaha membenahi diriku. Menyesuaikan diri dengan etika dan tata tertibmu. Setidaknya aku meyakini pribahasa: dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Aku sedikit lega, Uny! Kegelisahanku berkurang sekarang. Maafkan aku yang membuat beban pikiranmu bertambah. Aku percaya kampus ini akan mencetak pemuda-pemudi harapan bangsa yang beretika.
Hei, Uny?! Ada apa denganmu? Kau menangis?!
Uny? Apakah aku salah?
[Seperti biasa...Tulisan ini lahir dari tuntutan AMK KMIP..Duhh duhh tragis bgt gw ni, baru menghasilkan tulisan kok kudu dituntut dulu. ckckckc.]
Btw..titip salam rindu buat Ema, AGJ..eh bukan bukan! AKJ lebih oke!^^
Tulisan yg menarik :)
BalasHapusgatel komen nih, kalau orang yang celananya sobek,suka pakai kaos, rambutnya gondrong tidak pantas dilihat sebagai mahasiswa ya mba? terus pantasnya apa dong saya? jadi preman aja apa ya mba? apa jadi gelandangan? atau jadi apa mba, mohon saran
BalasHapus