Duka Sedalam Cinta dan Ballada Orang-orang Tercinta
Kali ini saya mau resume kumpulan puisi dari dua penulis kawakan dalam dunia sastra Indonesia: Rendra dan Helvy Tiana Rosa. Mereka berdua bukan kolaborasi sih dalam menulis buku tetapi saya resume dua buku yang berbeda karena jumlah halaman keduanya yang minimalis.
Sumber : Goodreads
Saya mulai dari karya bunda HTR.
Duka Sedalam Cinta (DSC) adalah puisi-puisi HTR dari berbagi tahun yang masih
dalam satu tema besar sebagai kelanjutan dari film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP).
DSC ini tidak hanya berbentuk buku tetapi juga film. Insya Allah film perdana
DSC akan tayang di bioskop Indonesia pada 19 Oktober 2017. Sekarang lagi tren
yah, puisi jadi film. Selain HTR, ada penulis tamu yang merupakan para pemain
film KMGP. Ada Izzah Ajrina, Aquino Umar, Hamas Syahid Izzudin, Masaji
Wijayanto, dan Salim A. Fillah. Masing-masing nama tersebut menyumbangkan satu
puisi.
Tema-tema yang diangkat dalam
kumpulan puisi DSC, adalah kerinduan, cinta pada pasangan, cinta pada pahlawan,
cinta pada negeri, dan kemanusiaan. HTR adalah salah satu pioner dalam sastra Islami
sehingga wajar diksi yang dipakai cenderung umum, santun, dan tak jarang berisi
penggalan zikir. Salah satu puisinya yang menurut saya paling merepresentatifkan
isi buku adalah yang berjudul Kenangan yang Bernama
Dahulu aku sering bertanya sendiri;
kalau puisi itu berwujud
akan seperti apakah dia?
Matahari? Bulan? Bintang?
Gunung? Laut?
Bertahun lalu aku temukan puisi
memancar-mancar dari matamu
masuk ke dalam tubuhku.
Seperti yang kau duga
pada akhirnya aku tahu
puisi tak pernah punya rupa
Ia rasa yang menggenang
meluap di jemari kenangan
Kenangan bernama engkau
Karya Rendra yang cetak pertama
kali pada tahun 1957, sedikit banyak mengetengahkan realitas yang terjadi di
masa orde lama Indonesia. Topik seperti cinta yang tak direstui orang tua,
cinta terlarang, kemalangan, pembunuhan, maupun bunuh diri, menjadi isi sentral
dalam kumpulan puisi Ballada Orang-orang Tercinta. Saya yang membacanya, ikut sedih
betapa nelangsanya apa yang dialami Koyan dalam Koyan yang Malang. Begitu pula
penistaan yang dialami gadis bernama Anita yang berujung pada bunuh diri.
Diksi yang dipakai Rendra menarik
dan nyeleneh. Selain karena tema yang diangkat begitu dekat dengan keseharian
orang Indonesia, mungkin karena diksi Rendra inilah, membuat buku ini tercetak
sampai cetakan keempatbelas (2013). Ada satu puisi yang membuat saya tertegun
lama, memikirkan sebegitu beratnyakah apa yang Farida alami sehingga ia memilih
jalan keputus-asaan?
Perempuan Sial
Ia terbaring di taman tua
pestol di tangan dan lubang di jidatnya.
Mereka menemuinya tanpa dukacita
dan angin bau karat tembaga.
Mulutnya mengigit berahi layu
bunga biru dan berbau.
Matanya tidak juga pejam
lain mimpi, lain digenggam.
Ah, tubuhnya! Ah, rambutnya!
Tempat tidur tersia suami tua.
Bunga bagai dia diasuh angin
oleh nasib jatuh ke riba lelaki tua dingin.
Nizar yang menopangnya dari kelayuan
perempuan bagai bunga, lelaki bagai dahan.
Lelaki muda itu bertolak tinggalkan dia
tersisa jantung dan hati dari timah
Ia terbaring di taman tua
pestol di tangan dan lubang di jidatnya.
Suaminya yang tua berkata:
-
Farida,
engkau ini perempuan sial!
Baik HTR maupun Rendra punya
gayanya yang khas. Saya yang penikmat puisi ala kadarnya tidak pandai mencerna
kandungan puisi, apalagi menilai keestetisannya. Namun demikian, kedua buku ini
telah membuka wawasan saya pada dimensi cinta yang tak sekadar kebahagiaan.
[NT-Jogja]
BUKU I: Duka Sedalam Cinta
Penulis : Helvy Tiana Rosa
Penerbit : Asma Nadia Publishing
House, Depok
Tahun Terbit : Juli 2017 (Cetakan
III)
Jumlah Halaman : xii+82
BUKU I: Ballada Orang-orang
Tercinta
Penulis : Rendra
Penerbit : Pustaka Jaya, Bandung
Tahun Terbit : 2013 (Cetakan XIV)
Jumlah Halaman : 48
Peresume: Novi Trilisiana
Komentar
Posting Komentar