Pembelajaran Kooperatif di Sekolah Dasar

Biasanya tiap bulan ada saja buku genre populer yang bisa saya baca dan resume. Sementara ini, saya masih harus mengutamakan untuk membaca karya-karya yang ilmiah, yang populer belum dulu. Baiklah, kalau begitu saya mau berbagi salah satu hasil penelitian mahasiswa doktoral dari The University of The Incarnate Word. Ini universitasnya ga terkenal deh kayaknya yah? Haha. Soalnya, UNY adalah satu-satunya universitas yang paling saya kenal. 
Judul Disertasi   : Cooperative Learning in the Elementary Classroom: A Qualitative Study in Two Settings, A Private School and a Public School
Peneliti               : Misty McNair
Tahun Terbit      : 2006
Jumlah Hal.       : xvi + 236
Penerbit             : ProQuest Information and Learning Company




Disertasi ini menelusuri semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif di kedua sekolah yang memiliki karakter yang berbeda. Sekolah pertama adalah sekolah khusus keagamaan Katolik dan yang kedua adalah sekolah umum yang heterogen. Penelitian ini dilaksanakan secara kualitatif selama 12 pekan, dengan tiap sekolah selama 6 pekan. Peneliti kualitatif harus terjun mencari makna-makna dari kejadian yang terjadi. Ibaratnya, melihat lebih saksama, menyimak lebih sensitif, dan terlibat lebih intim.
Tujuan besar penelitian ini adalah menilai kesamaan maupun perbedaan dari kedua sekolah saat menerapkan pembelajaran kooperatif. Kesamaan maupun perbedaan tersebut ditinjau dari aspek-aspek yang mendukung pembelajaran kooperatif di kedua sekolah sehingga muncullah tema-tema besar yang dapat menjadi data penting untuk menggenapkan tujuan semula penelitian ini. Tema-tema yang menjadi aspek pembelajaran kooperatif antara lain, 1) Langkah-langkah yang digunakan siswa dan guru selama pembelajaran kooperatif; 2) sudut pandang siswa, guru, maupun admin sekolah mengenai pembelajaran kooperatif; 3) faktor-faktor integral yang mendukung selama pembelajaran kooperatif; serta 4) apakah reward dan kompetisi dapat menjadi aspek penting dalam pembelajaran kooperatif di kedua sekolah.
Subjek penelitian yang ikut andil dalam penelitian ini terdiri dari siswa kelas 3 SD maupun para guru dan admin sekolah di kedua sekolah khusus maupun umum. Jumlah siswa tiap sekolah yang diamati dan diwawancarai adalah masing-masing 20 siswa. Jumlah guru maupun admin di tiap sekolah adalah masing-masing 2 orang.
Hasil penelitian yang pertama mengenai langkah-langkah yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran kooperatif di kedua sekolah terdiri dari a) mengajarkan pelajaran secara langsung (ceramah) kepada siswa sebelum pembelajaran kelompok dimulai; b) menempatkan siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang; c) memantau lebih dekat para siswa saat belajar kelompok; d) menilai siswa, dan e) memberikan penghargaan (reward) kepada para siswa. Langkah-langkah yang dilakukan oleh para siswa di kedua sekolah selama pembelajaran kooperatif terdiri dari a) melaporkan hasil diskusi dalam kelompok; b) bergiliran; dan c) menolong satu sama lain. Yang kedua, sudut pandang siswa, guru, dan pihak administrasi mengenai pembelajaran kelompok adalah sangat penting dan berharga di dalam kelas.
Hasil penelitian yang ketiga berkaitan tentang faktor yang utama (integral factors) dalam pembelajaran kooperatif di kedua sekolah, terdiri dari 1) interdependensi positif (adanya saling ketergantungan), 2) saling mendukung dalam tatap muka, 3) saling mendukung secara personal, dan 4) bertanggung jawab untuk porsi kerja. Hasil penelitian yang keempat bahwa reward dianggap oleh kedua sekolah sebagai bagian penting dari pembelajaran kelompok sedangkan kompetisi tidak dianggap sebagai bagian penting dari pembelajaran kelompok.
Hasil penelitian di atas merupakan kesamaan dari kedua sekolah, baik sekolah khusus maupun umum. Berikut ini merupakan perbedaan yang ditemukan di kedua sekolah mengenai pembelajaran kooperatif: (a) Siswa di kelas khusus keagamaan Katolik menunjukkan kemampuan kolaborasi seperti kemampuan sosial dan komunikasi yang bagus, sementara itu siswa sekolah umum menunjukkan kemampuan kolaborasi seperti kepemimpinan dasar dan penyerahan tugas; (b) Siswa sekolah khusus bekerja sama secara kooperatif, menunjukkan interdependensi positif, saling mendukung dalam tatap muka, ada banyak keterampilan-keterampilan kolaborasi, dan saling mendukung secara personal, meskipun dalam kondisi tidak diberi tugas. Sementara siswa di sekolah umum, mereka terlihat bekerja secara sendiri-sendiri meskipun di dalam kelompok, saling mendukung kelompok melalui tanggung jawab personal, dan sedikit keterampilan kolaborasi, hanya berlaku pada saat diberi tugas oleh guru. (c) Para guru sekolah khusus memberikan peran kepada para siswa dan menilai siswa berdasarkan pencapaian kelompok. Sementara itu, para guru di sekolah umum tidak membagi peran kepada siswa dan menilai siswa berdasarkan pencapaian individual. (d) tanggung jawab individu (individual accountability) merupakan faktor utama pembelajaran kooperatif di sekolah umum sedangkan tanggung jawab kelompok (group accountability) merupakan faktor utama pembelajaran kooperatif di sekolah khusus; (e) Para guru di sekolah khusus memberikan reward lebih siap dan segera daripada para guru di sekolah umum; (f) Hasil karya siswa mencakup proyek bersama yang didokumentasikan ke dalam poster di sekolah khusus sedangkan hasil karya siswa di sekolah umum mencakup tugas individu yang tercermin dari lembar kerja individu.
  Data-data yang diolah sampai melahirkan kesimpulan yang demikian, membuat saya menyadari bahwa belajar kelompok dapat ditafsirkan berbeda oleh guru-guru sehingga melahirkan pula perbedaan pada pencapaian siswa. Alih-alih ingin membuat siswa aktif, ternyata tidak terlepas dari peran guru untuk mengarahkan bahkan mendikte (jika siswa masih kecil) untuk belajar kelompok. 
Belajar kelompok bisa mengarah pada progresif dan bisa pula mengalami regresif. Akan progresif asalkan belajar kelompok mengaktifkan siswa untuk berorientasi pada kepentingan bersama tetapi tidak menafikan kemampuan personal. Namun demikian, belajar kelompok dapat menjadi regresif apabila orientasi anggota kelompok adalah pada pencapaian individu semata. Belajar kelompok dapat disebut kooperatif jika kelompok mengamalkan faktor utama pembelajaran kooperatif seperti yang telah diterangkan di atas sedangkan belajar kelompok akan menjadi sekadar tugas kelompok jika kelompok menganggap keterampilan-keterampilan kolaborasi dengan yang lain adalah sesuatu yang merepotkan. Baik progresif maupun regresif-nya suatu kelompok belajar, persepsi maupun tindakan guru menjadi hal awal yang menentukan.
Berkumpul bersama adalah sebuah permulaan; tetap bersama adalah kemajuan; bekerja bersama adalah kesuksesan.” (Henry Ford)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Antara Cinta & Ridha Ummi