Secangkir Inspirasi
Secangkir Inspirasi. Demikian ia menamainya.
Aku tidak tahu persis alasannya mengambil padanan kata di atas untuk catatannya. Kalau boleh kutafsirkan sepihak, ada unsur kesederhanaan, pewarnaan, dan keterbukaan. Manis, kupikir...
Dari Secangkir Inspirasi, aku kembali melihat ke dalam dirinya. Ia yang (mungkin) selalu mengharapkan kebaikan untukku. Ia yang terlalu sulit kudefinisikan. Ia yang identik dengan buku plus kejutan-kejutan. Ia yang terkadang dingin dan acuh. Ia pula yang membantu membuka hatiku pada Islam. Ia hanya makhluk yang Allah anugerahkan dengan berbagai keahlian sama seperti manusia yang lainnya.
Dari Secangkir Inspirasi, aku meneguk hikmah dari pengalaman yang ia catat. Hanya beberapa yang kubaca. Dan memang hanya segitu yang ia tayangkan. Aku diingatkan akan perkataannya 4 tahun silam tentang timing dalam struktur bahasa Inggris setelah kubaca salah satu tulisan di Secangkir Inspirasi. Aku kembali diingatkan pada buku 7 Habits for Teen tentang kuadran-kuadran pembagian pekerjaan dan waktu. Tak pelak bidang ekonomi yang merupakan keilmuwannya pun turut ia catat sebagai hikmah. Setidaknya aku sadar atas kelalaian-kelalaianku yang secara tidak langsung pas sekali dengan tulisan-tulisannya.
Dari Secangkir Inspirasi, aku seperti melihat ia secara langsung sebagai sahabat sesungguhnya. Yang mana seseorang dikatakan sahabat manakala kita melihatnya, kita teringat akan Allah. Rasanya pintu tobat ada dimana-mana.
Dari Secangkir Inspirasi, aku harus terus menjaga keyakinan bahwa ia hanya manusia biasa, bukan dewi, apalagi malaikat. Kutahu perasaannya tidak akan mudah ia perlihatkan secara langsung pada orang lain kecuali lewat goresan kata-kata. Demikian ia gambarkan kepasrahan dan kerapuhannya bahwa ia ingin sekali bebas dari penilaian manusia dan hanya pada Allah tempat kembali. Dari sanalah aku mencoba merasakan apa yang menjadi kegelisahannya. Beberapa tulisan merekam kesedihannya. Aku hanya mampu menuliskan senyum pada wall fb-nya untuk sekadar memberikan semangat.
Dari Secangkir Inspirasi, biarlah aku belajar darinya dan tak berharap ia tahu. Biarlah ia terbang jauh tetapi doakulah yang selalu dekat dengannya. Seperti ia mendoakan yang lain, aku pun ingin ia senantiasa dalam kebaikan. Semoga syurga merindukan kami...
Aku tidak tahu persis alasannya mengambil padanan kata di atas untuk catatannya. Kalau boleh kutafsirkan sepihak, ada unsur kesederhanaan, pewarnaan, dan keterbukaan. Manis, kupikir...
Dari Secangkir Inspirasi, aku kembali melihat ke dalam dirinya. Ia yang (mungkin) selalu mengharapkan kebaikan untukku. Ia yang terlalu sulit kudefinisikan. Ia yang identik dengan buku plus kejutan-kejutan. Ia yang terkadang dingin dan acuh. Ia pula yang membantu membuka hatiku pada Islam. Ia hanya makhluk yang Allah anugerahkan dengan berbagai keahlian sama seperti manusia yang lainnya.
Dari Secangkir Inspirasi, aku meneguk hikmah dari pengalaman yang ia catat. Hanya beberapa yang kubaca. Dan memang hanya segitu yang ia tayangkan. Aku diingatkan akan perkataannya 4 tahun silam tentang timing dalam struktur bahasa Inggris setelah kubaca salah satu tulisan di Secangkir Inspirasi. Aku kembali diingatkan pada buku 7 Habits for Teen tentang kuadran-kuadran pembagian pekerjaan dan waktu. Tak pelak bidang ekonomi yang merupakan keilmuwannya pun turut ia catat sebagai hikmah. Setidaknya aku sadar atas kelalaian-kelalaianku yang secara tidak langsung pas sekali dengan tulisan-tulisannya.
Dari Secangkir Inspirasi, aku seperti melihat ia secara langsung sebagai sahabat sesungguhnya. Yang mana seseorang dikatakan sahabat manakala kita melihatnya, kita teringat akan Allah. Rasanya pintu tobat ada dimana-mana.
Dari Secangkir Inspirasi, aku harus terus menjaga keyakinan bahwa ia hanya manusia biasa, bukan dewi, apalagi malaikat. Kutahu perasaannya tidak akan mudah ia perlihatkan secara langsung pada orang lain kecuali lewat goresan kata-kata. Demikian ia gambarkan kepasrahan dan kerapuhannya bahwa ia ingin sekali bebas dari penilaian manusia dan hanya pada Allah tempat kembali. Dari sanalah aku mencoba merasakan apa yang menjadi kegelisahannya. Beberapa tulisan merekam kesedihannya. Aku hanya mampu menuliskan senyum pada wall fb-nya untuk sekadar memberikan semangat.
Dari Secangkir Inspirasi, biarlah aku belajar darinya dan tak berharap ia tahu. Biarlah ia terbang jauh tetapi doakulah yang selalu dekat dengannya. Seperti ia mendoakan yang lain, aku pun ingin ia senantiasa dalam kebaikan. Semoga syurga merindukan kami...
Komentar
Posting Komentar