Ada Superhero yang Suka Es Krim!

Kisah-kisah superhero seperti Superman, Batman, Power Ranger, Spiderman cukup erat dengan kehidupan anak-anak. Anak-anak pun mengagumi superhero yang mereka jagokan. Meskipun, pemain utama dalam film superhero tersebut ialah orang dewasa. Anak-anak sengaja mengkoleksi pernak-pernik yang mewakili simbol superhero yang mereka kagumi. Lihat saja banyak penjual baju anak-anak bergambar dan berbentuk menyerupai tokoh superhero dan itu disenangi anak-anak.

Dalam Tusitala, Selesaikan Ceritamu!, Dyah Setyowati mengangkat tema superhero. Lewat tokohnya yang bernama Tusitala (yang saya tidak tahu jenis kelaminnya). Ada shock ending yang berusaha disajikan penulis. Benar saja, saya pikir kisah ini murni imajinasi tentang superhero yang benar-benar nyata dalam kehidupan manusia. Baca saja hingga akhir, kalau tidak percaya!

Bermula dari Tusitala yang sering diperlakukan kasar oleh Bomantara cs, teman-teman sekelasnya. Usut punya usut Bomantara yang berbadan besar sangat suka menyiksa anak-anak yang lemah dan kurus seperti Tusitala. Dulu Bomantara memiliki target langganan untuk disiksa sebelum Tusitala. Hanya saja target langganannya itu keburu pindah sekolah. Jadilah, pelampiasan amarah dan kenakalan Bomantara beralih pada Tusitala, si anak yang cukup cuek, menurutku.

Dibalik cueknya itu, Tusitala gemar menulis cerita superhero. Tulisan-tulisannya itu kemudian diperbanyak dan dibagikan kepada guru dan teman-temannya. Ia sangat suka menulis berkat dukungan sang guru tercinta. Namun, suatu kali ia sangat tidak bergairah lagi untuk menulis karena karyanya pernah dirobek Bomantara. Ia juga sangat suka es krim. Kalau sudah makan es krim, ia akan benar-benar melupakan hiruk pikuk dunia di sekelilingnya.

Imajinasi Tusitala menciptakan tokoh superhero, pembela kebetulan dan pemberantas kebatilan bernama Refuga. Ia menuliskan kisah anak seumuran dengannya yang berasal dari Planet Pahlawan. Refuga sama halnya dengan Tusitala: penyuka es krim. Refuga juga anak aksel yang harus menuntaskan ujian akhirnya dan mendapatkan nilai A+++ dengan cara menangkap seorang penjahat luar angkasa. Sebagai taruhan dari ujian akhir itu ialah nyawanya sendiri.

Refuga terkejut manakala Tusitala mengetahui asal-usulnya, sebelum ia bercerita. Refuga tak habis pikir, orang yang baru ia kenal, telah sangat mengetahui dirinya. Lantas, ia mendesak Tusitala, untuk memberitahu keberadaan penjahat luar angkasa yang sedang dikejarnya. Anehnya, si Tusitala tak mengetahuinya.

Selama masa pengejaran penjahat luar angkasa, Refuga mengisi hari-harinya dengan menumpas kejahatan. Sebab kejahatan yang banyak terjadi di dunia Tusitala ialah virus kejahatan yang ditebarkan makhluk luar angkasa tersebut. Tiada cela bagi penjahat untuk lari dari kejaran Refuga. Semua habis babak belur. Jurus-jurus dan senjata di badan Refuga menjadi ciri khas tersendiri diantara superhero-superhero yang kita kenal. Badan Refuga seperti kantong Doraemon yang mengeluarkan perkakas dan senjata yang siap menerkam lawan. Akhirnya, seantaro dunia Tusitala mengenal Refuga dan sepak terjangnya. Jadilah, Refuga disanjung-sanjung.

Namun, tiba-tiba Refuga tidak muncul saat dibutuhkan. Kejahatan-kejahan semakin meraja rela. Ternyata hilangnya Refuga disebabkan ia tertangkap oleh musuhnya sendiri yang selamai ini dicari-carinya. Refuga lemas dan tak ada tenaga untuk membebaskan dirinya sendiri.

Tusitala merasa bersalah atas apa yang pernah dikarangnya. Tulisan yang selama ini dibagi-bagikan pada teman-temannya, berkisah tentang Refuga! Ia sendirilah yang menciptakan tokoh superhero tersebut. Ia juga yang menuliskan alur pengejaran makhluk jahat hingga Refuga ditangkap makhluk jahat itu. Sampai pada alur itu, ia berhenti meneruskan ceritanya. Ceritanya waktu itu dirobek-robek Bomantara lantaran Bomantara tidak suka tokoh pahlawannya harus ditangkap makhluk jahat.

Ada tekanan batin dalam diri Tusitala. Batinnya berperang: antara melanjutkan ceritanya untuk menyelamatkan Refuga atau malah berhenti menulis untuk selama-lamanya. Rupanya ia pernah mendeklarasikan untuk berhenti menjadi penulis.
Di akhir cerita, mungkin Anda-anda sekalian penasaran, apakah Refuga gagal mendapatkan nilai A+++ dengan kata lain ia akan mati, atau ending lainnya. Yang pasti Refuga dalam kehidupan Tusitala tidaklah nyata seperti yang dipikirkan Anda. Namun demikian, ia benar-benar nyata dalam pikiran Tusitala. Inilah kelebihan penulis: menciptakan sesuatu sesuka imajinasinya.

Penulis kisah ini sesungguhnya memberikan pesan moral lewat tokoh anak-anak bernama Tusitala. Tusitala yang baru menuliskan ceritanya ibarat kita yang baru ingin menulis atau berkeinginan menjadi penulis. Ternyata godaan terberat di awal-awal menulis ialah: mau atau tidaknya kamu menulis dan menuntaskan karyamu. Tidak separo-paro dan tidak terjatuh oleh hinaan dan cacian.

Saya pikir jalan melalui tulisan harus benar-benar dibiasakan juga sejak dini. Yah lewat tokoh anak-anak inilah! Selain itu, cerita ini tidak sepenuhnya untuk anak-anak. Orang dewasa pun dapat membacanya. Saya sangat tergelitik dengan imajinasinya yang bergerak cepat menghantarkan saya pada sesosok superhero bertopeng layaknya Refuga. Ada ruang tersendiri dalam hati saya tentang Refuga yang sangat suka es krim! Ciri yang khas….


[habis pulang dari launching TORCH, wajahmu mengingatkanku untuk me-review-nya segera.]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Antara Cinta & Ridha Ummi