Inspirasi dari Tanah Eropa


Eropa adalah benua yang telah banyak mencuri hati para scholarship hunters. Tidak hanya fasilitas yang mendukung kebiasaan riset, pakar-pakar keilmuan banyak berasal dari Eropa. Jika dibandingkan dengan Asia, kabarnya, kultur belajar di Eropa lebih manusiawi. Menikmati hidup dengan tidak menamatkan studi doktoral kurang dari 4 tahun adalah lumrah di Eropa, sedangkan di Asia sebisa mungkin menamatkan studi doktoral tepat 3 tahun atau kurang. Walaupun harus mengorbankan weekend untuk fokus pada riset.


Buku Inspirasi dari Tanah Eropa sedikit banyak memberikan gambaran bahwa ternyata Eropa mendidik mahasiswa PhD untuk disiplin dan mandiri. Mereka difasilitasi untuk menumbuhkan ide-ide cemerlang nan gila sesuai perkembangan masing-masing. Menariknya, supervisor di sana bersifat egaliter kepada mahasiswa sehingga mahasiswa merasa lebih dihargai keberadaannya.

Penyajian buku ini bergantian pada tiap bab, mengisahkan perjalanan hidup dua pemuda muslim. Bagaimana Ario Muhammad berjuang menaklukkan misteri manajemen waktu yang sudah mahir ditunjukkan para pakar yang ia jumpai. Ada Dr. Khairul Anwar, ilmuwan Indonesia yang mendunia terbiasa mengisi waktu menunggunya untuk mengerjakan riset, bahkan saat berada di dalam bus sekalipun, ia tetap membuka laptopnya! Ia adalah orang yang paling akhir tidur saat malam dan yang paling lebih dulu bangun pada dini hari.

Selain Dr. Khairul Anwar, ada Dr. Katsuichiro Goda, pakar Per-tsunami-an dari Jepang yang tinggal di Inggris. Dr. Goda sangat berdedikasi pada riset-risetnya dan bisa menghasilkan 20 karya ilmiah dalam 2 tahun dengan 70% statusnya sebagai first author. Goda bilang, saat orang lain tertidur, ia memilih untuk mengerjakan riset. Saat yang lain sibuk membenamkan diri menatap handphone, ia lebih suka bercengkrama dengan keluarga. Goda bisa dibilang sebagai family man yang tidak tergoda pada aktivitas sosial media di dunia maya. Satu-satunya media sosial yang ia aktif dengan intens adalah researchgate.

Kebanyakan kisah Ario adalah bagaimana hard work and play hard menjadi salah dua dari bumbu pencapaian terbaik dalam studi doktoralnya. Kalau kisah Ahmad Ataka, lebih sering menceritakan perjuangannya dalam mendalami dunia fisika, roket, dan robotika. Anak olimpiade ini, memiliki karakter yang teguh dengan pendiriannya. Belum bisa tidur dengan nyenyak kalau belum mempersembahkan medali untuk Indonesia di kancah dunia.
Ario dan Ataka memiliki kesamaan pandangan, bahwa suatu hambatan hendaklah dijadikan sebagai tantangan. Mereka tidak memilih untuk larut dalam keterbatasan. Mereka memilih untuk maju menghadapi tantangan karena mereka punya Allah yang bisa memberikan hidayah dalam menentukan langkah-langkah terbaik. Jadi, tidak mulus jalan yang mereka lalui.

Komentar

  1. bales berkunjung X-D
    hai novii .... ada japri ga? biar leluasa gitu, kalau mau ngobrol, hehehe ....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku: Self Driving

Ringkasan The Old Man and The Sea

Antara Cinta & Ridha Ummi