Sebuah Novel: Wife 22
Pernah meng-google nama sendiri? Berapa banyak ulasan yang ditampilkan dengan kecepatan se-per sekian detik? Bagi yang belum pernah, mungkin itu dirasa tidak penting tetapi tidak dengan tokoh-tokoh dalam novel Wife 22. Alice Buckle, seorang ibu abad 21 sekaligus guru drama yang meng-google solusi atas masalah-masalah hidupnya harus menyadari bahwa sedikit sekali ulasan mengenai dirinya. Tidak sampai seratus. Berbeda dengan istrinya, Wiliam Buckle bisa tembus 50.287 ulasan, mengungguli rekan kerjanya di industri periklanan. Suatu kebanggaan bagi warga sipil untuk menjadi lumayan populer di dunia maya.
Sedikit atau banyak ulasan diri saat aktivitas ego-browsing tergantung dari aktivitas dunia maya yang dijalani. Bisa jadi ia seorang yang aktif mengunggah hal menarik dan mungkin juga ia layak diperbincangkan dalam situs-situs internet. Apapun itu, perbedaan angka ulasan antara Alice dan Wiliam seolah mencerminkan kesenjangan mereka berdua dalam pernikahan, setidaknya untuk saat ini. Setelah sembilan belas tahun tiga ratus tiga puluh hari mereka bersatu. Tidak lagi seromantis usia kepala dua. Mereka mengakui sedang terserang penyakit masa paruh baya, sejenis kekeringan hubungan.
Bagi Alice, selain penyakit masa paruh baya, tahun ini adalah tahun dimana usianya memasuki 45 tahun sekaligus tahun tipping-point. Tahun dimana, ia seusia ibunya ketika meninggal. Alice merasa gugup tidak mampu melewati tahun ini dan bernasib sama dengan ibunya. Ibunya meninggal karena tertabrak mobil di suatu malam. Kehilangan sosok ibu di usia 15 tahun membuatnya terpukul dan mengasihani diri hingga sekarang. Beruntung, ia disayangi teman-teman dalam komunitas yang mengalami hal serupa: kehilangan ibu di masa remaja.
Dalam tahun sulitnya ini, ia merasa kesepian dan merasa jauh dengan suaminya. Diceritakan bahwa Wiliam jarang pulang ke rumah di bawah pukul 7 malam. Kedua anaknya juga baru selesai dari kegiatan sekolah di sore hari. Alice memanfaatkan waktu sendirinya dengan browsing dan bersosial media di internet. Suatu sore, ia mencari ulasan tentang pernikahan bahagia dan berharap bisa membuat pernikahannya semakin bahagia. Alice bingung menjawab pertanyaannya sendiri, apakah pernikahannya benar-benar bahagia?
History pencarian seseorang di internet jika tidak dihapus, biasanya akan muncul iklan-iklan yang berkaitan dengan tema pencarian tersebut. Alhasil, Alice mendapatkan beberapa e-mail SPAM yang berisi iklan. Semua SPAM dihapus kecuali satu pesan dari The Netherfield Center yang sedang mencari subjek penelitian dengan kriteria tertentu. Alice merasa ia lah yang mereka cari dan memutuskan untuk mengisi kuisioner Perkawinan Abad Ke-21 demi mengetahui apa yang terjadi dalam pernikahannya sekarang. Alice tergiur berpartisipasi karena lembaga penelitian tersebut dianggap resmi dan memberikan imbalan 1000 Dolar.
Ber-akun Wife 22, Alice mendapatkan paket pertanyaan dari peneliti pria ber-akun Researcher 101. Pada awalnya, hubungan keduanya yang sekadar peneliti dan subjek penelitian, berjalan formal tetapi semakin lama berubah semakin dekat. Alice tipe orang yang terbuka dan ia mengungkapkan secara jujur hal-hal yang sangat pribadi perihal pernikahan. Ada 90 butir pertanyaan yang datang berangsur-angsur selama 2 bulan. Selama itu pula, Alice tergoda untuk main mata dari suaminya. Dayung bersambut, Researcher 101 menyatakan cinta pada Alice. Obrolan mereka tidak lagi melalui email, tetapi beranjak lebih informal lewat Facebook. Alice mendapatkan pelarian dari rasa kesepian dan ia menyukai Researcher 101 yang romantis.
Suatu hari, Alice menginginkan bertemu dengan Researcher 101 untuk sekadar minum teh dan mengobrol. Mereka kemudian membuat janji bertemu. Ia menerka-nerka seperti apa muka dan perawakan lawan bicara online-nya selama ini. Alice nampak semangat dan berdandan tidak seperti biasanya demi pria yang selama ini mau mendengar keluhan hidup. Sayangnya, ia tidak bertemu Researcher 101 hingga kedai teh tutup. Nedra, sahabat Alice yang sejak awal melarang pertemuan mereka, bersyukur bahwa sahabatnya tidak terperosok terlampau jauh.
Alice berniat untuk mengakhiri korespondensi penelitian tetapi mengurungkan niat itu setelah Researcher 101 piawai melunakkan hati Alice. Sebenarnya Researcher 101 mengaku memiliki istri dan ia mengalami kekeringan yang sama seperti pernikahan Alice. Sederhananya, sepasang lawan jenis yang telah memiliki pasangan merasa kesepian dan memilih untuk saling curhat. Sedih juga yah, ketika pasangan kita tidak terbuka dan percaya lagi pada kita. Saat membaca novel ini, Alice dan Researcher 101 bermain-main pada garis batas yang semestinya tidak dilewati. Namun, di akhir-akhir chatting, Researcher 101 memilih untuk kembali pada istrinya. Meskipun Alice maupun Resercher 101 berandai-andai belum menikah ketika keduanya bertemu, Alice sadar bahwa ia perlu melakukan hal yang sama: memilih setia pada pasangan yang sah. Setidaknya Alice masih bisa mengingat kejadian-kejadian membahagiakan bersama Wiliam saat mengisi kuisioner.
Alice yang penasaran pada identitas asli Researcher 101 menemukan fakta bahwa foto-foto yang diunggah Researcher 101 ter-geotag persis di koordinat rumahnya. Alice terkejut apakah, selama ini pria itu menguntitnya. Ia kembali mengamati foto telapak tangan di akun Researcher 101. Alice tidak akan menduga, Wiliam yang tenang dan bermuka murung bisa melakukan hal gila yang membuatnya malu setengah mati. Wiliam rupanya menyamar sebagai Researcher 101.
Wiliam lah yang dulu membuka history di komputer Alice sehingga ia tahu, istrinya sedang tidak bahagia. Ia berusaha menemukan Alice yang hilang tersebab oleh dirinya yang tak semesra dulu. Alice menjadi terharu ternyata suaminya berupaya untuk kembali menyemai kebahagiaan mereka. Sepasang kekasih itu berjanji untuk kembali belajar menyemai cinta.
Saya kagum pada penulis yang bisa mengemas konflik dan alur yang bagus. Idenya mengangkat perselingkuhan di dunia maya sepertinya representatif pada lingkungan sosial manusia sekarang. Dunia maya sering kita kaitkan sejelma pisau tajam. Ketajaman pisau bisa memberi manfaat maupun mudharat. Maka berhati-hatilah menggunakannya.
Jika saja novel ini tidak perlu menyuarakan ideologi terselubung dari sosial budaya masyarakat Amerika, saya bisa sarankan anak remaja labil membacanya. Hanya saja, tokoh Nedra memiliki orientasi seksual yang rusak dan beberapa perilaku tokoh cerita, yang menurut saya, merendahkan kesucian wanita. Pada akhirnya, kita perlu mengambil hikmah. Rasulullah Saw. pernah bersabda bahwa “Jika engkau tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah sekehendakmu.” (Hadits shahih, Riwayat Bukhori). Kalau kita merasa malu, semestinya diam-diam chatting pada lawan jenis, berdandan demi menarik perhatian, memperbincangkan masalah ranjang kepada orang lain dan bentuk larangan lainnya tidak akan terlaksana. Yah namanya juga novel barat.
Judul Buku : Wife 22
Penulis : Melanie Gideon
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Jumlah halaman : 557
Peresume : Novi Trilisiana
Sedikit atau banyak ulasan diri saat aktivitas ego-browsing tergantung dari aktivitas dunia maya yang dijalani. Bisa jadi ia seorang yang aktif mengunggah hal menarik dan mungkin juga ia layak diperbincangkan dalam situs-situs internet. Apapun itu, perbedaan angka ulasan antara Alice dan Wiliam seolah mencerminkan kesenjangan mereka berdua dalam pernikahan, setidaknya untuk saat ini. Setelah sembilan belas tahun tiga ratus tiga puluh hari mereka bersatu. Tidak lagi seromantis usia kepala dua. Mereka mengakui sedang terserang penyakit masa paruh baya, sejenis kekeringan hubungan.
Bagi Alice, selain penyakit masa paruh baya, tahun ini adalah tahun dimana usianya memasuki 45 tahun sekaligus tahun tipping-point. Tahun dimana, ia seusia ibunya ketika meninggal. Alice merasa gugup tidak mampu melewati tahun ini dan bernasib sama dengan ibunya. Ibunya meninggal karena tertabrak mobil di suatu malam. Kehilangan sosok ibu di usia 15 tahun membuatnya terpukul dan mengasihani diri hingga sekarang. Beruntung, ia disayangi teman-teman dalam komunitas yang mengalami hal serupa: kehilangan ibu di masa remaja.
Dalam tahun sulitnya ini, ia merasa kesepian dan merasa jauh dengan suaminya. Diceritakan bahwa Wiliam jarang pulang ke rumah di bawah pukul 7 malam. Kedua anaknya juga baru selesai dari kegiatan sekolah di sore hari. Alice memanfaatkan waktu sendirinya dengan browsing dan bersosial media di internet. Suatu sore, ia mencari ulasan tentang pernikahan bahagia dan berharap bisa membuat pernikahannya semakin bahagia. Alice bingung menjawab pertanyaannya sendiri, apakah pernikahannya benar-benar bahagia?
History pencarian seseorang di internet jika tidak dihapus, biasanya akan muncul iklan-iklan yang berkaitan dengan tema pencarian tersebut. Alhasil, Alice mendapatkan beberapa e-mail SPAM yang berisi iklan. Semua SPAM dihapus kecuali satu pesan dari The Netherfield Center yang sedang mencari subjek penelitian dengan kriteria tertentu. Alice merasa ia lah yang mereka cari dan memutuskan untuk mengisi kuisioner Perkawinan Abad Ke-21 demi mengetahui apa yang terjadi dalam pernikahannya sekarang. Alice tergiur berpartisipasi karena lembaga penelitian tersebut dianggap resmi dan memberikan imbalan 1000 Dolar.
Ber-akun Wife 22, Alice mendapatkan paket pertanyaan dari peneliti pria ber-akun Researcher 101. Pada awalnya, hubungan keduanya yang sekadar peneliti dan subjek penelitian, berjalan formal tetapi semakin lama berubah semakin dekat. Alice tipe orang yang terbuka dan ia mengungkapkan secara jujur hal-hal yang sangat pribadi perihal pernikahan. Ada 90 butir pertanyaan yang datang berangsur-angsur selama 2 bulan. Selama itu pula, Alice tergoda untuk main mata dari suaminya. Dayung bersambut, Researcher 101 menyatakan cinta pada Alice. Obrolan mereka tidak lagi melalui email, tetapi beranjak lebih informal lewat Facebook. Alice mendapatkan pelarian dari rasa kesepian dan ia menyukai Researcher 101 yang romantis.
Suatu hari, Alice menginginkan bertemu dengan Researcher 101 untuk sekadar minum teh dan mengobrol. Mereka kemudian membuat janji bertemu. Ia menerka-nerka seperti apa muka dan perawakan lawan bicara online-nya selama ini. Alice nampak semangat dan berdandan tidak seperti biasanya demi pria yang selama ini mau mendengar keluhan hidup. Sayangnya, ia tidak bertemu Researcher 101 hingga kedai teh tutup. Nedra, sahabat Alice yang sejak awal melarang pertemuan mereka, bersyukur bahwa sahabatnya tidak terperosok terlampau jauh.
Alice berniat untuk mengakhiri korespondensi penelitian tetapi mengurungkan niat itu setelah Researcher 101 piawai melunakkan hati Alice. Sebenarnya Researcher 101 mengaku memiliki istri dan ia mengalami kekeringan yang sama seperti pernikahan Alice. Sederhananya, sepasang lawan jenis yang telah memiliki pasangan merasa kesepian dan memilih untuk saling curhat. Sedih juga yah, ketika pasangan kita tidak terbuka dan percaya lagi pada kita. Saat membaca novel ini, Alice dan Researcher 101 bermain-main pada garis batas yang semestinya tidak dilewati. Namun, di akhir-akhir chatting, Researcher 101 memilih untuk kembali pada istrinya. Meskipun Alice maupun Resercher 101 berandai-andai belum menikah ketika keduanya bertemu, Alice sadar bahwa ia perlu melakukan hal yang sama: memilih setia pada pasangan yang sah. Setidaknya Alice masih bisa mengingat kejadian-kejadian membahagiakan bersama Wiliam saat mengisi kuisioner.
Alice yang penasaran pada identitas asli Researcher 101 menemukan fakta bahwa foto-foto yang diunggah Researcher 101 ter-geotag persis di koordinat rumahnya. Alice terkejut apakah, selama ini pria itu menguntitnya. Ia kembali mengamati foto telapak tangan di akun Researcher 101. Alice tidak akan menduga, Wiliam yang tenang dan bermuka murung bisa melakukan hal gila yang membuatnya malu setengah mati. Wiliam rupanya menyamar sebagai Researcher 101.
Wiliam lah yang dulu membuka history di komputer Alice sehingga ia tahu, istrinya sedang tidak bahagia. Ia berusaha menemukan Alice yang hilang tersebab oleh dirinya yang tak semesra dulu. Alice menjadi terharu ternyata suaminya berupaya untuk kembali menyemai kebahagiaan mereka. Sepasang kekasih itu berjanji untuk kembali belajar menyemai cinta.
Saya kagum pada penulis yang bisa mengemas konflik dan alur yang bagus. Idenya mengangkat perselingkuhan di dunia maya sepertinya representatif pada lingkungan sosial manusia sekarang. Dunia maya sering kita kaitkan sejelma pisau tajam. Ketajaman pisau bisa memberi manfaat maupun mudharat. Maka berhati-hatilah menggunakannya.
Jika saja novel ini tidak perlu menyuarakan ideologi terselubung dari sosial budaya masyarakat Amerika, saya bisa sarankan anak remaja labil membacanya. Hanya saja, tokoh Nedra memiliki orientasi seksual yang rusak dan beberapa perilaku tokoh cerita, yang menurut saya, merendahkan kesucian wanita. Pada akhirnya, kita perlu mengambil hikmah. Rasulullah Saw. pernah bersabda bahwa “Jika engkau tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah sekehendakmu.” (Hadits shahih, Riwayat Bukhori). Kalau kita merasa malu, semestinya diam-diam chatting pada lawan jenis, berdandan demi menarik perhatian, memperbincangkan masalah ranjang kepada orang lain dan bentuk larangan lainnya tidak akan terlaksana. Yah namanya juga novel barat.
Judul Buku : Wife 22
Penulis : Melanie Gideon
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Jumlah halaman : 557
Peresume : Novi Trilisiana
Komentar
Posting Komentar