Resume Buku Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI
Tidak biasanya Taufiq Ismail menulis karangan
nonsastra. Kalau bukan karena teramat pentingnya, tentu buku yang memiliki dua
judul kontroversial ini tidak akan pernah ada. Ia menuliskannya untuk kaum muda
yang tidak mengalami langsung pemberontakan PKI dan hanya tahu dari membaca
buku sejarah di sekolah maupun mendengar dari keluarga. Buku ini lahir karena
keresahan Taufiq terhadap kelompok Komunis Gaya Baru (KGB) yang diam-diam
mengkader anak muda untuk berpihak pada sosialisme.
Isi buku berjudul pertama (Sesudah 50 Tahun
Gagalnya Kudeta PKI) meliputi:
1. Ideologi Bencana Terbesar Dunia
2. Menghitung Korban Nyawa Manusia Akibat
Palu Aritisme
3. Dari Pertarungan Maut Sampai Ide
Perdamaian Total
Buku ini menegaskan kepada kita bahwa
ideologi komunisme yang tenar di abad ke-20 sesungguhnya sekarang (abad 21)
sudah hancur. Berikut adalah kutipan dari penulis tentang ambruknya sosialisme,
“Komunisme atau
Marxisme-Leninisme sudah bangkrut di seluruh dunia, tidak laku lagi dijual di
toko ideologi, tidak lagi menarik perhatian pembeli yang akalnya waras.
Pendukung ideologi yang dulu lama merajarela di dunia, 24 negara jumlahnya itu,
akhirnya pada tahun 1990-1991, bagaikan rumah-rumahan kartu domino ditiup kipas
angin runtuh berserakan, karena keroposnya Marxisme-Leninisme-Stalinisme-Maoisme-Pol
Potisme itu. Kita di Indonesia 25 tahun lebih cepat mengatasinya ketimbang
negara-negara itu, dengan membubarkan PKI pada tahun 1966.”
Penulis tidak bermaksud untuk memprovokasi
atau membuka luka lama tetapi ia ingin meluruskan sejarah yang dikaburkan oleh
simpatisan komunis. Ia berusaha menengahkan solusi damai yang dicontohkan oleh
Malaysia dalam mengatasi komunisme. Bahkan tersempil harapan indah pada
subjudul buku di sampulnya: “Dimulai dengan Api Semoga Berakhir dengan Air). Menurut
saya, buku ini jasa besar Taufiq Ismail bagi Ketahanan NKRI.
***
Mari mengenal singkat komunisme! Ideologi ini
menggunakan lambang palu godam bersilang dengan arit. Buku rujukan
terpentingnya adalah Manifesto Komunis (1848) yang berfondasi Materialisme
mutlak yang ditulis oleh dua anak muda, Karl Marx (30 tahun) dan Friedrich
Engels (28). Telah bersaing, bertikai, bertarung politik dan konflik bersenjata
habis-habisan dengan kubu anti-komunis sepanjang 74 tahun di abad 20.
Gagasan-gagasan Marx dan Engels dilanjutkan dalam tindakan oleh tokoh komunis
seluruh dunia seperti, Vladimir Lenin, Josef Stalin, Mao Tse-tung, Josip Bronz
Tito, Ho Chi Minh, Fidel Castro, Moeso, D.N. Aidit, Pol Pot dan battalion
komandan partai yang tersebar di 90 negara seluruh dunia.
Sebelum komunisme menguasai pemerintahan
suatu negara, mereka akan menawarkan gagasan positif seperti mendukung
demokrasi, memperjuangkan nasib buruh dan tani, menghormati kebebasan
berpendapat, sama-rata-sama-rasa, tidak anti-agama, dan kampiun Hak Asasi
Manusia (h.3). (Kalau di Indonesia, PKI dicitrakan mendukung Panca Sila, dasar
negara). Aktivis sosialisme memposisikan diri sebagai oposisi pemerintah yang
dianggap kapitalis dan tidak memihak rakyat. Mereka menggaungkan yell-yell kuno
“revolusi! revolusi!" Demi revolusi, mereka merebut kekuasaan dengan
kekerasan yang berdarah dan licik. Disebut juga pemberontakkan ataupun kudeta
pembantaian. Sesudah negara sosialis-komunis terbentuk dari kudeta, gagasan
positif yang pro rakyat tidak terbukti. Hanya sandiwara belaka berbuah
kesengsaraan rakyat.
Nyatanya, setelah negara sosialis-komunis
terbentuk, rakyat tidak bebas menjalankan demokrasi. Kalaupun ada pemilu, maka
hanya ada satu partai komunis yang terlibat; Buruh dilarang mogok yang membuktikan
komunis ternyata lebih kejam dari pemerintah kapitalis; Tuan tanah dibantai dan
direbut tanahnya karena dianggap borjuis; Kebebasan berpendapat yang semula
diangkat setinggi langit, lalu didustakan dengan memberangus pemikiran
anti-komunis; Ketika tokoh-tokoh partai mendapat villa, keluarga rakyat kecil
berdesak-desak tinggal di flat sempit yang seragam; Katanya tidak anti-agama,
Lenin justru menginstruksikan untuk memerangi agama; Terakhir yang lebih ganas
adalah pengkhinatan HAM terbesar selama 74 tahun (1917-1991), Palu Arit
membantai 120.000.000 manusia di 76 negara. Hampir 3 kali lipat dari seluruh
korban perang selama dunia terkembang sejak Nabi Adam sampai nabi-nabi palsu
zaman sekarang (h.4).
Partai Komunis Rusia yang merupakan markas
besar pusat komunisme seluruh dunia akhirnya dibubarkan dan dinyatakan
terlarang pada 26 Desember 1991 oleh Boris Yeltsin, Presiden Uni Sovyet. Boris
muak dengan partainya sendiri dan mengakui komunisme sudah bangkrut total.
Mengapa begitu banyak korban pembantaian sepanjang
sosialisme berkuasa? Alasan utamanya adalah sosialis percaya bahwa kekuasaan,
yaitu kediktatoran proletariat, harus dipergunakan untuk meruntuhkan orde
feodal/kapitalis, kemudian membangun kembali masyarakat dan kebudayaan untuk
merealisasikan utopia ini (h.15). Tidak ada yang boleh menghalangi. Semua
manusia dianggap kayu dan batu bata yang dipakai untuk membangun dunia baru.
Penyebab besarnya angka perkiraan korban
nyawa manusia yang telah diteliti oleh R.J. Rummel disebabkan karena (h.10):
1. terorisme berdarah,
2. penangkapan berujung maut (perlakuan yang
keji),
3. kamp kerja paksa,
4. deportasi fatal,
5. wabah kelaparan yang direncanakan,
6. eksekusi di luar hukum,
7. pengadilan sandiwara,
8. pembunuhan bangsa.
Mereka dibantai dengan darah dingin oleh
pemerintahnya sendiri (setelah komunis berkuasa) yang sebelumnya dinaungi
undang-undang. Hal ini disebut juga dengan ‘democide’
yang berarti pembantaian massal yang dilakukan oleh negara (h.11). Sampai
di sini, saya jadi ingat kisah nyata Shalahuddin al-Ayubbi yang tidak melakukan
pembantaian pada rakyat beragama non-Islam saat penaklukan Yerussalem. Rakyat
dijamin keyakinanan dan keamanannya oleh Shalahuddin dan tentaranya. Bahkan
tidak menyuruh mereka kerja paksa demi pembangunan negara. Untungnya PKI telah
50 tahun lebih dianggap terlarang di Indonesia. Membayangkan jikalau kudeta G
30 S PKI berhasil merebut pemerintahan RI, rasanya seram sekali.
Jika dibandingkan, kejam mana antara Hitler
dan Stalin? Sebagian besar kita agaknya yakin Hitler lah yang lebih kejam.
Wajar saja. Telah ratusan film dan ribuan buku ditulis mengenai Hitler sehingga
mencitrakan dirinya sebagai pembunuh terbesar dalam sejarah peperangan dunia.
Nyatanya, Hilter pernah mengungkapkan bahwa ia adalah pengagum dan berguru pada
Stalin. Hitler membantai 25.600.000 dan Stalin 46.000.000 (h.23).
Selengkapnya mengenai taktik komunisme di
seluruh dunia dalam menguasai dunia dibahas pada halaman-halaman berikutnya.
Penuh intrik dan melawan fitrah manusia. Saya menarik garis lurus bahwa
kesemuanya mengarah pada perilaku setan dan iblis. Semakin tinggi pangkatnya
dalam partai, semakin kental sifat keiblisannya. Sialnya, orang baik-baik pun
tertipu pada tipu muslihat mereka sehingga memberikan dukungan.
Partai komunisme seluruh dunia yang berpusat
di Uni Sovyet telah bubar tetapi ideologi tersebut bisa jadi belum tercabut
hingga ke akarnya. Bahkan, menyisakan kedengkian dan keinginan membalaskan
dendam. Baik pelaku komunis maupun korbannya. Maka betapa indahnya konflik ini
diakhir dengan perdamaian, saling memaafkan. Pembahasan buku ini lalu ditutup
dengan solusi terbaik yang mestinya diambil.
Penulis memberikan gambaran penyelesaian oleh
Pemerintah Malaysia dengan PKM (Partai Komunis Malaya), sebagai contoh yang
mesti kita tiru. Penulis pun sampai melampirkan butir-butir “Persetujuan antara
Pemerintah Malaysia dan PKM untuk Penghentian Permusuhan”. Pemberontakan PKM
selama 40 tahun (lebih lama dari Indonesia) tersebut berhenti dengan tidak
mengingat-ingat lagi luka dan bahu membahu membangun negeri. Kedua belah pihak
saling mengoreksi diri dan meyakini untuk apa berbunuh-bunuhan antar-bangsa
sendiri demi ideologi jahanam ini. Demikianlah.
***
Buku dengan judul pertama, belum secara
lengkap menyajikan sisi “Setelah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI” kecuali hanya
berupa pemunculan potensi balas dendam KGB dalam mempengaruhi anak muda lewat
LSM dan penerbitan buku serta harapan-harapan penulis tentang perdamaian.
Sebagian isi buku lebih menampilkan fakta kekejaman komunisme seluruh dunia. Mengenai
aksi-reaksi terhadap kerusuhan dan kudeta PKI, lebih banyak dibahas di judul
ke-dua: “Matine Gusti Allah” yang akan saya lanjutkan di resume berikutnya.
Judul Buku : (a) Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI (1965-2015) dan (b) Matine Gusti Allah
Penulis : Taufiq Ismail
Penerbit : Republika Penerbit
Jumlah Hal : 95 + 62
Tahun Terbit : September 2015/ Cetakan 1
Peresume : Novi Trilisiana, IM2
Komentar
Posting Komentar