Kapan Kita Saling Nyapa?
Hari pertama ngisi KRS di semester genap kali ini membuatku banyak ketemu spesies-spesies kampus. Mahasiswa, dosen, pegawai kampus, penjual koran, sampe cleaning service di kampus Karangmalang, Mandala Krida, Bantul, sampe Wates. Baru mau markirin motor, eh ketemu si A yang dari Mandala. Maka terjadilah sirklus 3S (Senyum-Salam-Sapa) barang semenit atau dua menit. Abis markirin motor, aku menuju papan pengumuman mata kuliah semester genap. Eh, ga nyangka dari sebelah kiri ada Rusmi & Nunung mendekatiku. Sirklus 3S terjadi lagi. Maklum kami emang sekelas, jadinya ada sedikit diskusi tentang ketidaksesuaian kertas mata kuliah di papan sama di online. Maka kami pun bersama-sama beranjak ke lab. komputer buat ngecek ulang. Ternyata lab masih sepi, baru buka rupanya. (btw, ini adalah kali pertama aku datang awal dalam pengisian KRS secara offline n online. Agaknya kebawa suasana KKN yg harus,,,, disiplin!!!!)
Ga lama dari itu, mahasiswa-mahasiswa lain berdatangan masuk ke lab. Muka-muka mereka nampak asing bagiku. Belakangan dari percakapan mereka kutahu mereka adalah mahasiswa tingkat akhir yang ngisi KRS nya cepet banget. yahhh wong cuma nyentang mata kuliah Skripsi... kkiki. Berselang kemudian, ada segerombolan mahasiswa dari Bantul. Ternyata salah seorang di antaranya adalah si Rizu. Aku sapa dong dia. Dia pun balik menyapa. Meskipun aku lebih senior dalam angkatan tetap saja sirklus 3S tadi berjalan dengan lancar...
Usai mendapatkan print-an KRS, aku, Rusmi, dan Nunung berniat menuju kantor jurusan... Lab pun kelihatan agak sesak oleh spesies mahasiswa. Saatnya kabuuuur! Di pintu keluar ku lihat adik tingkat tapi beda jurusan sedang berusaha masuk lab. Eitsss, dia melihatku dan kemudian mealingkan mukanya tapi, dia tidak menyapaku. Boro-boro 3S. Nengok ke arahku sekali lagi aja kagak berani. (emang gw serem banget yah,sampe ga berani gituh...?). Karena dia ga memalingkan muka ke arahku lg, aku jadi males nyapa. Secara dia Somse banget sih...Grrrr....
Aku sebel juga sih kalau sebelumnya udah pernah kenal atau seenggaknya pernah nyapa, eh di kemudian hari dia pura2 ga tahu dan ga menyapaku. Apalagi itu adik tingkat. Akan lebih sebel lagi pas giliran aku yang duluan menyapa (karena terlalu ramah, adik tingkat aja kusapa duluan lho..) eh, dikacangin. Padahalkan senyumku udh simetris 3 cm ke kiri n ke kanan. Bikin gondok nih... Aku akan lebih segan dan seneng sama orang yang suka senyum kalau berpapasan dengan orang yang dikenalnya. Sebenernya adik tingkat itu lebih baik menyapa duluan. Tapi mungkin ada rasa2 ga berani kali yah, shg aku kebanyakan yang menyapa mereka duluan. Aku lebih apresiasi bangga juga pada kakak tingkat yang menyapa adik tingkatnya duluan. Wah, selain menenangkan hati. 3S juga sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kita pada orang lain.
Plis deh, jangan pelit2 kalau senyum. Asal senyumnya pada tempatnya...
Nih lagi, yang aku heran dengan fenomena dosen atau jajaran dekanat kalau lewat di koridor yang di pinggirnya banyak mahasiswa duduk-duduk. Pasti para dosen n jajaran dekanat kalau lewat seperti Vampir! Matanya sedikit melotot, menatap lurus ke depan, bahkan ada beberapa dosen yang sedikit mendongakkkan dagunya, berjalan dengan gagahnya tanpa mengindahkan kanan dan kirinya.
Aku yakin sang dosen ga tahu bahkan ga mengenal mahasiswa yang duduk-duduk itu secara baik. Jadinya buat apa sekedar senyum dan menyapa atau bergurau sambil lewat kepada mahasiswa. Mungkin takut dicuekin (kayak aku yah?!! hayooo..hehe).
Fenomena itu yang buat mahasiswa jadi takut nyapa si dosen. Jadinya ada jarak alias rentang yang jauh antara hubungan dosen-mahasiswa. Emang sih solusinya mahasiswa bisa aja menjadi sangat ramah alias Sok kenal pada dosen. Pastinya gunung es yang ada di muka dosen seketika runtuh tergantikan seulas senyum menawan. Rasanya pleng gituh, ketika 3S ku tersambut tepat sasaran. Hmm, sepertinya rasa pleng itu bisa disebut bahagia.
Tapi akan nampak bahagia lagi, ketika 3S itu diawali oleh dosen kepada mahasiswanya. Waw, it's awesome! Mungkin dosen semacam itu bisa disebut dosen yang berjiwa muda. Sebab, selalu ramah dana menebarkan senyum...
Kalau di antara pihak yang lebih tua (dosen, kakak tigkat) dengan pihak yang lebih muda (mahasiswa, adik tingkat) ga ada yang memulai 3S itu, maka kapan kita saling nyapa, nih?
Ga lama dari itu, mahasiswa-mahasiswa lain berdatangan masuk ke lab. Muka-muka mereka nampak asing bagiku. Belakangan dari percakapan mereka kutahu mereka adalah mahasiswa tingkat akhir yang ngisi KRS nya cepet banget. yahhh wong cuma nyentang mata kuliah Skripsi... kkiki. Berselang kemudian, ada segerombolan mahasiswa dari Bantul. Ternyata salah seorang di antaranya adalah si Rizu. Aku sapa dong dia. Dia pun balik menyapa. Meskipun aku lebih senior dalam angkatan tetap saja sirklus 3S tadi berjalan dengan lancar...
Usai mendapatkan print-an KRS, aku, Rusmi, dan Nunung berniat menuju kantor jurusan... Lab pun kelihatan agak sesak oleh spesies mahasiswa. Saatnya kabuuuur! Di pintu keluar ku lihat adik tingkat tapi beda jurusan sedang berusaha masuk lab. Eitsss, dia melihatku dan kemudian mealingkan mukanya tapi, dia tidak menyapaku. Boro-boro 3S. Nengok ke arahku sekali lagi aja kagak berani. (emang gw serem banget yah,sampe ga berani gituh...?). Karena dia ga memalingkan muka ke arahku lg, aku jadi males nyapa. Secara dia Somse banget sih...Grrrr....
Aku sebel juga sih kalau sebelumnya udah pernah kenal atau seenggaknya pernah nyapa, eh di kemudian hari dia pura2 ga tahu dan ga menyapaku. Apalagi itu adik tingkat. Akan lebih sebel lagi pas giliran aku yang duluan menyapa (karena terlalu ramah, adik tingkat aja kusapa duluan lho..) eh, dikacangin. Padahalkan senyumku udh simetris 3 cm ke kiri n ke kanan. Bikin gondok nih... Aku akan lebih segan dan seneng sama orang yang suka senyum kalau berpapasan dengan orang yang dikenalnya. Sebenernya adik tingkat itu lebih baik menyapa duluan. Tapi mungkin ada rasa2 ga berani kali yah, shg aku kebanyakan yang menyapa mereka duluan. Aku lebih apresiasi bangga juga pada kakak tingkat yang menyapa adik tingkatnya duluan. Wah, selain menenangkan hati. 3S juga sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kita pada orang lain.
Plis deh, jangan pelit2 kalau senyum. Asal senyumnya pada tempatnya...
Nih lagi, yang aku heran dengan fenomena dosen atau jajaran dekanat kalau lewat di koridor yang di pinggirnya banyak mahasiswa duduk-duduk. Pasti para dosen n jajaran dekanat kalau lewat seperti Vampir! Matanya sedikit melotot, menatap lurus ke depan, bahkan ada beberapa dosen yang sedikit mendongakkkan dagunya, berjalan dengan gagahnya tanpa mengindahkan kanan dan kirinya.
Aku yakin sang dosen ga tahu bahkan ga mengenal mahasiswa yang duduk-duduk itu secara baik. Jadinya buat apa sekedar senyum dan menyapa atau bergurau sambil lewat kepada mahasiswa. Mungkin takut dicuekin (kayak aku yah?!! hayooo..hehe).
Fenomena itu yang buat mahasiswa jadi takut nyapa si dosen. Jadinya ada jarak alias rentang yang jauh antara hubungan dosen-mahasiswa. Emang sih solusinya mahasiswa bisa aja menjadi sangat ramah alias Sok kenal pada dosen. Pastinya gunung es yang ada di muka dosen seketika runtuh tergantikan seulas senyum menawan. Rasanya pleng gituh, ketika 3S ku tersambut tepat sasaran. Hmm, sepertinya rasa pleng itu bisa disebut bahagia.
Tapi akan nampak bahagia lagi, ketika 3S itu diawali oleh dosen kepada mahasiswanya. Waw, it's awesome! Mungkin dosen semacam itu bisa disebut dosen yang berjiwa muda. Sebab, selalu ramah dana menebarkan senyum...
Kalau di antara pihak yang lebih tua (dosen, kakak tigkat) dengan pihak yang lebih muda (mahasiswa, adik tingkat) ga ada yang memulai 3S itu, maka kapan kita saling nyapa, nih?
Komentar
Posting Komentar